Penerapan Free Float Seluruh Indeks Bakal Cerminkan Kondisi Saham Emiten yang Beredar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan utama di BEI dijadwalkan menggunakan metode free float mulai 1 Oktober 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Okt 2021, 13:22 WIB
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) secara bertahap menyeragamkan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias free float.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan utama di BEI dijadwalkan menggunakan metode free float mulai 1 Oktober 2021.

Pada tahap pertama tersebut, ada 30 persen saham yang bobotnya mulai dihitung berdasarkan free float. Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menilai pembobotan berdasarkan free float ini akan lebih mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya berdasarkan jumlah saham yang aktif ditransaksikan.

"Bursa kemungkinan mengubah jadi free float adalah untuk menggambarkan berapa besar dari jumlah saham beredar itu yabg benar-benar di transaksikan. Karena biasanya dari sekian jumlah saham yang dilepas, enggak semuanya aktif ditransaksikan," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (2/10/2021).

Sebelumnya, BEI menerapkan dua metode penghitungan indeks yaitu melalui market capitalization weighted dan capped adjusted free float market capitalization weighted average.

Reza mengatakan, dasar pembobotan tersebut acap tak sejalan dengan kondisi fundamental Perusahaan. Misalnya, hanya ada sebagian kecil jumlah saham dari perusahaan terbuka yang aktif diperdagangkan dan bergerak fluktuatif, meski perusahaan memiliki fundamental yang baik.

“Itu enggak inline dengan fundamentalnya,” imbuh Reza.

Reza menambahkan, perubahan pembobotan ini utamanya akan berimbas pada pemilihan saham oleh manajer investasi. “Pengaruhnya mungkin nanti buat pembobotan aset manajemen. Misalkan dalam stock picking untuk dimasukkan ke portofolio,” ujar dia.

Ia prediksi, penerapan free float dalam penghitungan indeks saham dapat berdampak terhadap kinerja dan volatilitas saham.

"Kalau ke kinerja saham bisa jadi ada. Terutama bagi MI bisa saja kondisi real dari saham seperti apa, karena akan mempengaruhi volatilitas,” imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Penerapan Metode Free Float

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, BEI menerapkan metode free float untuk memberikan gambaran kondisi pasar yang sesungguhnya, mengurangi beban manajer investasi (MI) dalam mengelola portofolio investasi. Selain itu, penerapan free float juga mendorong perusahaan tercatat untuk menambah porsi saham free float di pasar.

Penerapan metodologi tersebut juga merupakan praktik umum yang dilakukan oleh penyedia jasa indeks bursa-bursa di dunia.

"Dengan dilakukannya perubahan metodologi tersebut, maka nantinya seluruh indeks di BEI akan menerapkan metodologi cappepd free float adjusted market capitalization weighting,” tulis Ph Sekretaris Perusahaan BEI Albertus Fajar Subagyo, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 2 Juni 2021.

Adapun indeks saham yang menerapkan free float mulai 1 Oktober 2021 antara lain ISSI, IHSG, IDXEnergy, IDXbasic, IDXindustry,IDX nonsiklikal, IDX health, IDX finance, IDX property, IDX techno, IDX infrastruktur, IDX transportasi, indeks MBX, DBX, IDXSMC-Com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya