Ekonomi Pulih, Minat Penggalangan Dana dari Pasar Modal Masih Ramai

Ada sejumlah faktor yang mendorong emiten memilih pasar modal untuk menggalang dana, terutama pada masa pandemi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Sep 2021, 16:05 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, penggalangan dana di pasar modal, baik melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) maupun rights issue, diperkirakan masih ramai hingga tahun depan.

Sepanjang 2021 ini saja, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penggalangan dana dari IPO mencapai Rp 32,14 triliun per 16 September 2021. Total dana tersebut diperoleh dari 38 perusahaan yang IPO.

Sementara total realisasi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue sentuh Rp 149,3 triliun, termasuk rights issue jumbo yang baru saja digelar PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

"Minat dunia usaha akan semakin meningkat pada tahun depan, dengan semakin membaiknya kondisi ekonomi pasca pandemi,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat kepada Liputan6.com, Jumat (24/9/2021).

Samsul menuturkan, ada sejumlah faktor yang mendorong emiten memilih pasar modal untuk menggalang dana, terutama pada masa pandemi.

Pertama, yakni perbankan dinilai lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit di masa pandemi. Kedua, perusahaan cenderung mencari sumber dana murah. Serta yang ketiga, pasar modal dinilai memiliki permintaan yang potensial.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Didukung Rencana Ekspansi

Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Saat ini, Samsul mengatakan penggalangan dana gencar dilakukan oleh sektor teknologi dan keuangan. Hal itu lumrah, mengingat akselerasi digital yang masif selama pandemi. Sehingga banyak perusahaan yang melakukan ekspansi ke layanan digital.

"Saat ini sektor yang gencar adalah sektor teknologi dan financial," kata Samsul.

Di tengah pandemi Covid-19, fungsi intermediasi perbankan mulai tumbuh positif meskipun belum kuat. OJK mencatat kredit perbankan pada Juni 2021 meningkat sebesar Rp 67,39 triliun dan telah tumbuh sebesar 0,59 persen (yoy) atau 1,83 persen (ytd) menjadi Rp 5.581,8 triliun.

Ini meneruskan tren perbaikan selama empat bulan terakhir seiring berjalannya stimulus pemerintah, OJK, dan otoritas terkait lainnya. Samsul mengatakan maraknya penggalangan dana di pasar modal juga dinilai berdampak positif bagi emiten.

"Dampak bagi emiten akan semakin baik, karena dana yang masuk ke equity perusahaan adalah dana yang murah,” imbuhnya.

Senada, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada memperkirakan penggalangan dana sampai akhir tahun ini masih tinggi. Hal itu utamanya terkait rencana ekspansi bisnis perusahaan untuk tahun depan.

"Sepertinya masih dimungkinkan terjadi penggalangan dana di pasar modal. Seiring kebutuhan ekspansi perusahaan di tahun depan. Kebutuhan dana tersebut untuk keperluan pendanaan atas proyek maupun kerjasama bisnis ke depannya,” kata Reza.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya