6 Upaya BKKBN dalam Perluasan Layanan KB hingga Level Rumah Sakit

Pelayanan KB sebagian besar berada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan praktik bidan. Maka dari itu, diperlukan perluasan layanan KB hingga level rumah sakit.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Sep 2021, 15:00 WIB
Pendataan Keluarga tahun 2021 yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaksanakan pada 1 April – 31 Mei. (Dok BKKBN RI)

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Eni Gustina, MPH menyampaikan terkait kebijakan dan strategi BKKBN dalam upaya revitalisasi layanan keluarga berencana (KB) di rumah sakit.

Menurutnya, pelayanan KB sebagian besar berada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan praktik bidan. Maka dari itu, diperlukan perluasan layanan KB hingga level rumah sakit.

“Kita inginkan untuk perluasan pelayanan ini juga bisa menjangkau ke rumah sakit,” ujar Eni dalam seminar daring BKKBN, Rabu (1/9/2021).

Untuk itu, pihak Eni melakukan upaya sebagai berikut:

-Penguatan kapasitas faskes dan jaringan/jejaring yang melayani KBKR.

-Penguatan kemitraan kualitas pelayanan KBKR.

-Peningkatan jangkauan pelayanan KBKR di wilayah dan sasaran khusus.

-Peningkatan KB Kesertaan Pria.

-Penguatan promosi konseling dan kesehatan reproduksi berdasarkan siklus hidup, pencegahan kehamilan tidak diharapkan (KTD) dan peningkatan pelayanan KB Pascapersalinan.

-Peningkatan kemandirian pasangan usia subur (PUS) dalam ber-KB.

2 dari 4 halaman

Isu Strategis KBKR yang Belum Tercapai

Eni menambahkan, KBKR berkontribusi dalam menekan angka kematian ibu dan bayi serta mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Maka dari itu perluasan layanan KB perlu dilakukan.

Namun, masih ada isu strategis bidang KBKR yang belum tercapai sebagai berikut:

-Angka kematian ibu dan bayi masih tinggi (305 per 100.000).

-Disparitas/perbedaan angka pemakaian kontrasepsi (CPR) masih tinggi dan penurunan tingkat prevalensi kontrasepsi modern (mCPR) 57,9 persen.

-Angka kelahiran umur 15-19 tahun masih tinggi (31,9 per 1000 wanita 15-19 tahun).

-Unmet need (kebutuhan KB yang belum terpenuhi) masih tinggi (13,4 persen).

-Masih tingginya tingkat putus pakai kontrasepsi (DO) (27,0 persen).

-Rendahnya kesertaan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 24,5 persen termasuk rendahnya partisipasi KB pria 3,77 persen.

-Masih rendahnya cakupan KB pasca Persalinan (29,05 persen).

-Prevalensi stunting masih tinggi (27,7 persen).

3 dari 4 halaman

Isu Lainnya

Isu strategis lain yang belum tercapai adalah:

-KTD yang masih tinggi (20,3 persen).

-Belum optimalnya pemantauan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) serta sarana.

-Belum optimalnya sertifikasi kompetensi tenaga kesehatan pelayanan KB.

-Masih rendahnya cakupan rumah sakit yang melayani KB (70,13 persen).

-Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan KB dan KR di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan (Galciltas).

-Belum optimalnya pelayanan KB karena krisis kesehatan akibat bencana.

-Belum optimalnya pemanfaatan pembiayaan pelayanan KB.

-Belum optimalnya pelayanan KB di era adaptasi kebiasaan baru.

4 dari 4 halaman

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya