Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 2,59 Miliar di Juli 2021

Penyumbang terbesar surplus neraca perdagangan Indonesia adalah lemak dan minyak hewan atau nabati, diikuti bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Agu 2021, 12:10 WIB
Suasana bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (11/1/2021). Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), meningkat dari capaian pada periode yang sama 2019 yang mengalami defisit 3,51 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,59 miliar pada Juli 2021. Ini terjadi lantaran ekspor Indonesia pada bulan tersebut terhitung masih lebih tinggi dibanding impor.

"Pada Juli 2021 ini neraca perdagangan kita mengalami surplus sebesar USD 2,59 miliar. Ini terjadi karena ekspor kita mencapai USD 17,70 miliar, sementara impor tercatat USD 15,11 miliar," kata Kepala BPS Margo Yuwono, Rabu (18/8/2021).

Margo menyebutkan, surplus neraca perdagangan ini juga terjadi lantaran nilai ekspor beberapa komoditas yang sangat tinggi pada Juli 2021.

"Kalau kita lihat menurut komoditas non-migas, penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati, diikuti bahan bakar mineral, serta besi dan baja," terang dia.

Dilihat dari sisi ekspor, Indonesia memang mencatat USD 17,70 miliar pada Juli 2021, namun turun 4,53 persen dibandingkan Juni 2021. Margo menyebutkan, penurunan ekspor terjadi gara-gara pasokan migas turun 19,55 persen, sementara non-migas juga turun 3,46 persen.

"Secara year on year, ekspor kita masih meningkat cukup signifikan, yaitu 29,32 persen. Migas meningkat cukup tajam 50,08 persen, dan non-migas sebesar 28,26 persen," papar Margo.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Impor Turun

Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penurunan juga terjadi pada sisi impor sebesar USD 15,11 miliar, turun 12,22 persen dibandingkan Juni 2021. Nilai impor migas tercatat turun 22,28 persen, dan impor non-migas juga terpangkas 10,67 persen.

"Nilai impor Juli ini kalau dibandingkan secara year on year dengan Juli 2020, impor kita masih tumbuh sebesar 44,44 persen. Migas dan non-migas mengalami peningkatan, dimana migas meningkat 86,39 persen dan non-migas naik 40,21 persen," tutur Margo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya