Korban Tewas Akibat Kerusuhan di Afrika Selatan Capai Lebih dari 300 Orang

Korban tewas akibat kerusuhan di Afrika Selatan mencapai lebih dari 300 orang.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Jul 2021, 08:30 WIB
Orang-orang berdiri dekat rumah mereka dan menyaksikan anggota Pasukan Pertahanan Afrika Selatan (SANDF) berpatroli di daerah mereka di Alexandra, Johannesburg, Kamis (15/7/2021). Patroli tersebut menyusul kerusuhan massa yang disebabkan dipenjaranya mantan Presiden Jacob Zuma. (Phill Magakoe/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kerusuhan di Afrika Selatan bulan ini telah merenggut 337 nyawa, kata pemerintah pada Kamis, menandai lonjakan lebih lanjut dalam jumlah korban tewas dari 276 yang diumumkan pada hari sebelumnya.

“Polisi Afrika Selatan telah merevisi jumlah total kematian di Gauteng [provinsi] menjadi 79 dan KwaZulu-Natal menjadi 258 terkait dengan kerusuhan tersebut,” kata Khumbudzo Ntshavheni, seorang menteri di kantor presiden, seperti mengutip Al Jazeera, Jumat (23/7/2021).

Dia menambahkan bahwa beberapa kematian terbaru adalah orang-orang yang meninggal karena luka-luka yang diderita selama kerusuhan.

Penjarahan dan pembakaran bisnis yang meluas terjadi awal bulan ini, sehari setelah mantan Presiden Jacob Zuma mulai menjalani hukuman penjara 15 bulan karena mengabaikan penyelidikan korupsi.

Kekerasan meningkat menjadi kerusuhan terburuk sejak akhir apartheid, mendorong Presiden Cyril Ramaphosa untuk melabelinya sebagai upaya "pemberontakan".

Kekerasan menyebar melalui provinsi asal Zuma, KwaZulu-Natal dan Gauteng – dua provinsi terpadat, yang bersama-sama menyumbang setengah dari output ekonomi Afrika Selatan.

2 dari 2 halaman

Kekerasan Mereda

Pada Kamis (15/7) sukarelawan di Afrika Selatan turun tangan membantu bersih-bersih dampak huru-hara. Dok: AP Photo/Jerome Delay

Kekerasan telah mereda, dan enam orang termasuk seorang DJ radio sejauh ini telah ditangkap dengan tuduhan menghasut untuk melakukan kekerasan publik.

Beberapa ribu lainnya lagi ditahan karena penjarahan dan pembakaran.

Skala kehancuran dan hilangnya nyawa, yang dipicu oleh kemiskinan dan ketidaksetaraan yang telah berlangsung selama hampir tiga dekade sejak berakhirnya apartheid pada tahun 1994, masih menjadi jelas.

Pihak berwenang telah berhasil mengendalikan kekerasan. Tetapi biaya ekonomi diperkirakan mencapai 20 miliar rand ($ 1,36 miliar) di KwaZulu-Natal saja, karena 161 pusat perbelanjaan, 11 gudang dan delapan pabrik rusak parah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya