Wall Street Bervariasi, Indeks Nasdaq Kembali Cetak Rekor Berkat Saham Tesla

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 dan Dow Jones melemah, sedangkan indeks Nasdaq menguat pada Rabu,23 Juni 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Agu 2021, 10:39 WIB
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 23 Juni 2021. Indeks S&P 500 menghapus kenaikan moderat sebelumnya dan ditutup di zona merah seiring pasar mengambil jeda, sedangkan indeks Nasdaq menguat.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 0,1 persen menjadi 4.241,84 setelah sentuh posisi tertinggi sepanjang masa.

Indeks Dow Jones merosot 71,34 poin atau 0,2 persen menjadi 33.874,24. Indeks Nasdaq naik 0,1 persen ke posisi 14.271,73, dan menambah rekor penutupan tertinggi lainnya.

Sektor utilitas S&P 500 memimpin penurunan sebesar 1,1 persen. Sementara sektor bahan pokok dan konsumen mencatat penurunan moderat. Saham sektor energi seperti Exxon mobil naik seiring kenaikan harga minyak.

Harga minyak mentah Brent mencapai USD 75 per barel. Saham Occidental Petroleum melonjak lebih dari tiga persen, sementara saham Devon Energy naik hampir dua persen.

Sektor saham teknologi juga menguat. Saham Tesla melonjak hampir 5,3 persen, saham Netflix naik 0,8 persen. Saham Facebook juga naik 0,5 persen.

Meski turun, indeks S&P 500 telah naik 1,8 persen pada pekan ini setelah alami aksi jual pada pekan lalu yang dipicu perubahan kebijakan the Federal Reserve yang mengejutkan.

Bank sentral memproyeksikan inflasi jauh lebih tinggi pada 2021, dan mengisyaratkan dua kenaikan suku bunga setelah 2023.

Sepanjang Juni 2021, wall street cenderung beragam indeks S&P 500 dan Nasdaq berada di zona hijau, masing-masing naik 0,9 persen dan 3,8 persen. Namun, indeks Dow Jones berada di zona merah untuk bulan ini di tengah pelemahan Caterpillar dan JPMorgan.

"Saham menghadapi pengaturan penuh pada baban kedua. Risiko pengetatan kebijakan moneter tampaknya tumbuh seiring dengan ketidakpastian kepemimpinan pasar, lintasan pemulihan ekonomi dan keberlanjutan inflasi,” ujar Chief Market Technician Piper Sandler, Craig Johnson, dilansir dari CNBC, Kamis (24/6/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Sentimen The Fed

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menambahkan, latar belakang ini kemungkinan akan menciptakan beberapa kurva volatilitas tetapi tidak menyerang kenaikan pasar saham.

Ketua the Federal Reserve Jerome Powell bersaksi di depan panel khusus DPR pada Selasa pekan ini yang tampaknya mengangkat sentimen ketika ia kembali menegaskan tekanan inflasi akan bersifat sementara.

Powell menuturkan, tiket pesawat, harga hotel, dengan permintaan konsumen yang umumnya melonjak memompa ekonomi pada tahun lalu menghadapi pembatasan subtansial yang diberlakukan pemerintah pada awal pandemi COVID-19. Faktor-faktor itu harus diselesaikan sendiri dalam beberapa bulan mendatang.

"Mereka tidak berbicara tentang ekonomi yang ketat secara luas dan hal-hal yang menyebabkan inflasi lebih tinggi dari waktu ke waktu,” ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya