Tuntut Kesetaraan, Komunitas LGBT di Jepang Bikin Shibuya Crossing Penuh Warna

Komunitas LGBT di Jepang menggelar aksi protes guna menuntut kesetaraan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Jun 2021, 07:38 WIB
Orang-orang mengambil bagian dalam aksi protes yang diselenggarakan oleh Human Rights Watch untuk mendukung undang-undang LGBT di distrik Shibuya Tokyo pada 6 Juni 2021. (Foto: AFP/Philip Fong)

Liputan6.com, Tokyo - Aktivis menggelar protes penuh warna di Tokyo pada Minggu 6 Juni menyerukan parlemen Jepang untuk menyetujui RUU anti-diskriminasi yang melindungi hak-hak komunitas LGBT di negara itu.

Dipimpin waria dan DJ yang membunyikan musik upbeat, para juru kampanye dan pendukung undang-undang tersebut mengenakan masker berwarna pelangi dan menari di depan Shibuya Crossing yang terkenal di ibu kota Jepang.

Melansir Channel News Asia, Senin (7/6/2021), undang-undang yang diusulkan, yang telah dibahas selama bertahun-tahun, tampaknya mendapatkan daya tarik setelah sekelompok pengacara mulai mengerjakannya pada tahun 2015.

Tetapi beberapa anggota Partai Demokrat Liberal konservatif yang berkuasa menolak RUU itu bulan lalu, dengan seorang anggota parlemen dilaporkan mengatakan bahwa hubungan sesama jenis mengancam "pelestarian manusia".

"Saya benar-benar kecewa," kata seorang waria berusia 20 tahun yang menyebut namanya sebagai Okuni kepada AFP.

"Saya pikir orang-orang yang masih menganggap kami seperti itu sedang mengendalikan politik," katanya.

2 dari 2 halaman

Tuntut Kesetaraan

Dipimpin oleh waria dan DJ yang membunyikan musik upbeat, lusinan juru kampanye LGBT dan pendukung undang-undang tersebut mengenakan masker berwarna pelangi dan menari di depan persimpangan Shibuya yang terkenal di ibu kota Jepang. (Foto: AFP/Philip Fong)

Aktivis mendesak para pendukung untuk menuntut tindakan dari anggota parlemen untuk mengembalikan undang-undang itu ke dalam agenda mereka.

"Saya pikir kami harus bekerja lebih keras (untuk kesetaraan), itu sebabnya kami ada di sini hari ini. Ini sangat berarti, saya pikir," kata Okuni.

Aktivis hak asasi manusia menuduh politisi konservatif melanggar semangat Olimpiade saat Tokyo bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas ini di tengah pandemi virus corona.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya