Terbongkar, Alasan Menko Luhut Ajak PNS Work From Bali

Kondisi perekonomian Bali yang masih tertekan menjadi salah satu alasan utama menggulirkan rencana Work From Bali.

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Mei 2021, 17:31 WIB
Menkopolhukam, Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan pemarannya saat acara pengukuhan dewan pengurus KADIN 2015-2020 di Jakarta, Selasa (5/4). KADIN mengadakan pengukuhan sekaligus rapat pengurus lengkap KADIN. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo R.M. Manuhutu, mengungkapkan kondisi perekonomian Bali yang masih tertekan menjadi salah satu alasan utama menggulirkan rencana Work From Bali.

Program ini akan diimplementasikan di Kemenko Marves yang dipimpin oleh Luhut Binsar Pandjaitan dan kementerian di bawah koordinasinya.

Odo mengungkapkan rencana Work From Bali ini sudah dibahas sejak beberapa bulan lalu. Program ini disebut bukan satu-satunya upaya pemerintah untuk mengembalikan perekonomian Bali seperti sedia kala pasca pandemi Covid-19.

"Yang ingin dijaga keseimbanganya adalah penanganan Covid-19 dan juga pertumbuhan ekonominya," kata Odo dalam konferensi pers pada Sabtu (22/5/2021).

Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Odo mengatakan bahwa proses vaksinasi yang paling cepat dan tinggi di Indonesia adalah di Bali. Hal ini sengaja dilakukan oleh pemerintah agar bisa menimbulkan rasa percaya bahwa Bali sebagai destinasi wisata merupakan tempat yang aman untuk berkunjung.

Setelah upaya menumbuhkan kepercayaan wisata di Bali, pemerintah pun menguatkannya dengan program Work From Home. Perekonomian Bali selama pandemi Covid-19 disebut sangat tertekan.

"Kita lihat bahwa terjadi kontraksi yang cukup dalam di Bali 9,35 persen. Triwulan pertama juga masih terkontraksi, artinya terjadi penurunan aktivitas ekonomi," jelas Odo.

Banyak hotel di Bali beroperasi dengan hanya kapasitas berkisar 8 hingga 10 persen. Tingkat okupansi 10 persen tersebut pada dasarnya tidak cukup untuk membayar gaji karyawan, bayar listrik, dan juga melakukan maintenance.

Sebuah hotel untuk bisa membayar maintenance, paling tidak tingkat okupansinya harus 30 sampai 40 persen.

2 dari 2 halaman

Pegawai Hotel di Bali Tak Bekerja Berbulan-bulan

Mulia Bali siap menyambut new normal dengan sejumlah protokol kesehatan WHO. Seperti apa pelaksanaannya? (Foto: Mulia Bali)

Berdasarkan pengalamannya, ada seorang pegawai hotel yang tidak bekerja selama empat bulan dan hanya mengandalkan uang tabungan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Begitu pemerintah melakukan kegiatan di hotel tersebut, okupansi hotel naik hingga 50 persen dan pegawai tersebut direkrut kembali.

Oleh sebab itu, program Work From Bali pun dinilai akan bisa membantu menyelamatkan sektor pariwisata Bali. Hal ini sangat penting karenatulang punggung dari perekonomian Bali adalah pariwisata dengan kontribusi sekira 56 persen.

"Tulang punggung dari pariwisata adalah akomodasi dan akomodasi di Bali terdapat 140 ribu kamar. Bayangkan kalau itu semua hanya terisi kurang dari 10 persen. Artinya, banyak teman-teman tenaga kerja di Bali yang tidak bekerja selama 10 sampai 14 bulan," ungkapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya