Harga Emas Antam Turun Rp 3.000 per Gram, Simak Daftarnya

Harga emas Antam atau yang dijual PT Aneka Tambang Tbk (Antam) lebih murah Rp 3.000 per gram menjadi Rp 930 ribu per gram

oleh Athika Rahma diperbarui 27 Apr 2021, 09:01 WIB
Pekerja menunjukkan emas di galeri 24 Pegadaian, Tangerang, Selasa (7/7/2020). Harga emas Pegadaian khusus batangan 1 gram cetakan Antam hari ini naik Rp 4.000 atau 0,42% ke level Rp 950.000/gram dari harga hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas Antam atau yang dijual PT Aneka Tambang Tbk (Antam) lebih murah Rp 3.000 per gram menjadi Rp 930 ribu per gram, pada Selasa, 27 April 2021.

Sama, harga emas Antam buyback susut Rp 2.000 per gram menjadi Rp 829 ribu per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 829 ribu per gram.

Saat ini, Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Selama ini Antam memang merupakan produsen emas di Indonesia.

Hingga pukul 08.22 WIB, mayoritas ukuran emas Antam masih tersedia. Antam juga menyediakan emas dalam bentuk lain, seperti koin dinar, dirham maupun emas koleksi lainnya.

Sementara harga emas Antam bercorak batik dengan ukuran 10 gram ditetapkan Rp 9.650.000, dan ukuran 20 gram dijual Rp 18.660.000.

Harga emas Antam sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen).

Daftar Harga Emas Antam:

* Pecahan 0,5 gram Rp 515.000

* Pecahan 1 gram Rp 930.000

* Pecahan 2 gram Rp 1.800.000

* Pecahan 3 gram Rp 2.675.000

* Pecahan 5 gram Rp 4.425.000

* Pecahan 10 gram Rp 8.795.000

* Pecahan 25 gram Rp 21.862.000

* Pecahan 50 gram Rp 43.645.000

* Pecahan 100 gram Rp 87.212.000

* Pecahan 250 gram Rp 217.765.000

* Pecahan 500 gram Rp 435.320.000

* Pecahan 1.000 gram Rp 870.600.000.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harga Emas Stabil Jelang Pertemuan The Fed, Paladium Kembali Cetak Rekor

Petugas menunjukkan imitasi emas di Unit Bisnis Logam Mulia PT. Antam di Jakarta, Kamis (7/10). Harga emas sempat mencatat rekor baru di 1.356,50 dolar AS per ons.(Antara)

Harga emas stabil pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Investor tengah menunggu isyarat kebijakan yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Sementara, harga paladium kembali mencetak rekor tertinggi karena menipisnya pasokan.

Mengutip CNBC, Selasa (27/4/2021), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD 1,779,50 per ounce, setelah mencapai level terendah dalam 1 minggu di USD 1.768,15 per ounce. Sementara itu untuk harga emas berjangka di tutup naik 0,13 persen menjadi USD 1.780,1 per ounce.

"Pasar emas hanya ingin melewati pertemuan the Fed untuk melihat apa yang mereka katakan mengenai inflasi sebelum melakukan aksi," jelas analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn.

Ia melanjutkan, pelaku pasar juga akan fokus pada prospek jangka panjang bank sentral AS tentang suku bunga dan rencana tindakan mereka pada suku bunga dalam jangka pendek.

Pertemuan the Fed dijadwalkan dua hari dimulai pada hari Selasa dengan perhatian investor terfokus terutama pada apa yang akan dikatakan Gubernur the Fed Jerome Powell dalam konferensi pers pasca pertemuan pada Rabu.

Nilai tukar dolar AS dan imbal hasil Treasury AS stabil.

Harga emas turun sekitar 6 persen sepanjang tahun ini, sebagian besar tertekan oleh kenaikan imbal hasil surat utang AS.

"Penembusan di atas level USD 1.800, bagaimanapun, mungkin baru bisa terwujud jika imbal hasil 10 tahun diperdagangkan di bawah 1,55 persen," kata analis di OCBC dalam sebuah catatan.

Sementara itu, paladium memperpanjang rekor tertingginya dengan naik 1,8 persen menjadi USD 2.906,03 per ounce setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sepanjang masa di USD 2.941 ounce.

Harga logam yang digunakan dalam katalis pengurang emisi di mobil ini telah meningkat sekitar 19 persen sepanjang tahun ini.

"Harga paladium menemukan penarik dari prospek defisit pasokan baru," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

"Harga yang lebih tinggi ini hasil dari permintaan yang kuat dari industri otomotif karena peraturan emisi yang lebih ketat untuk mobil dengan mesin pembakaran ditambah dengan berkurangnya pasokan," lanjut cacatan tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya