AS Minta Bantuan China Atasi Pertumpahan Darah di Myanmar

Amerika Serikat meminta bantuan China untuk mengatasi masalah di Myanmar.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mar 2021, 15:57 WIB
Warga Myanmar yang tinggal di Thailand membakar gambar Jenderal Min Aung Hlaing saat protes di depan Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok, Thailand, Kamis (4/2/2021). Jenderal Min Aung Hlaing menjadi tokoh di balik kudeta militer Myanmar pada 1 Februari 2021. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Liputan6.com, Washington D.D - Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Amerika Serikat "sangat sedih" dengan penumpasan brutal terbaru di Myanmar dan menyerukan agar China ikut membantu menghentikan kekerasan itu.

Seruan ini disampaikan sehari setelah munculnya beberapa video yang menunjukkan pasukan keamanan menembak seseorang dari jarak dekat dan mengejar serta memukuli demonstran Myanmar dengan kejam.

Tiga puluh delapan orang tewas dalam satu hari pada Rabu (3/3), demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (5/3/2021).

Tanggapan internasional terhadap kudeta tersebut sejauh ini dianggap kurang memadai, tetapi banyaknya video yang beredar di internet yang menunjukkan pasukan keamanan secara brutal menarget pengunjuk rasa dan warga sipil lainnya memicu seruan-seruan untuk tindakan lebih jauh.

Utusan PBB untuk Myanmar Schraner Burgener mengatakan pasukan keamanan juga telah menangkap sekitar 1.200 orang, termasuk wartawan. Lebih dari 500 anak diperkirakan termasuk di antara mereka yang ditahan secara sewenang-wenang, kata UNICEF hari Kamis (4/3).

Wartawan tersebut termasuk Thein Zaw dari The Associated Press. Zaw dan lima anggota media lainnya didakwa melanggar undang-undang keselamatan publik yang bisa membuat mereka dipenjara hingga tiga tahun.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kudeta Myanmar

Orang-orang menghadiri prosesi pemakaman Kyal Sin sehari setelah tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer, di Mandalay, Myanmar, Kamis (4/3/2021). kudeta militer. Mahasiswa 19 tahun tersebut kepalanya tertembus timah panas yang diletuskan oleh petugas militer Myanmar (STR/AFP)

Video penangkapan Thein Zaw pada hari Sabtu (27/2) menunjukkan lehernya dipiting sebelum ia dibawa pergi.

Kudeta tersebut mengubah drastis kemajuan lamban selama bertahun-tahun menuju demokrasi di Myanmar, yang selama lima dekade berada di bawah pemerintahan militer ketat, yang menyebabkan isolasi dan sanksi internasional.

Ketika para jenderal melonggarkan cengkeraman mereka dalam beberapa tahun terakhir, komunitas internasional mencabut sebagian besar sanksi dan menggelontorkan investasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya