Demi Pulihkan Ekonomi, BI Pangkas Suku Bunga Acuan Terendah dalam Sejarah

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan telah mengerahkan semua instrumen bank sentral mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.

oleh Andina Librianty diperbarui 03 Mar 2021, 17:10 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) didampingi DGS Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan telah mengerahkan semua instrumen bank sentral mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Ia pun meyakini hal tersebut akan terwujud.

Dukungan BI termasuk stimulus kebijakan moneter, relaksasi kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran hingga membantu pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui kerja sama dengan pemerintah. Indonesia menargetkan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 4,3 - 5,3 persen pada tahun ini.

"Semua instrumen kami mendukung untuk pemulihan ekonomi. Rupiah kita juga menguat dari Rp 16,575 per USD pada Maret tahun lalu menjadi sekitar Rp 14.300 saat ini," tutur Perry.

Bahkan BI memangkas suku bunga acuan enam kali sejak tahun lalu dari 150 basis poin (bps) menjadi 3,50 persen. "Ini merupakan yang terendah dalam sejarah," jelas Perry.

BI juga menetapkan batas uang muka atau down payment (DP) 0 persen untuk kredit kendaraan bermotor per 1 Maret 2021. Ketentuan ini berlaku baik untuk kendaraan bermotor roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil).

Perry menjelaskan bahwa digitalisasi sistem pembayaran merupakan salah satu instrumen yang dimiliki BI untuk membantu pemulihan perekonomian Indonesia. Dalam hal ini BI antara lain memperluas penggunaan QRIS secara nasional untuk 12 juta merchant pada 2021.

Berdasarkan proyeksi BI, transaksi e-commerce pada 2021 akan meningkat sebesar 33,2 persen dengan nilai Rp 337 triliun. Selain itu, penggunaan uang elektronik pun diprediksi akan naik 32,3 persen pada tahun ini dengan nilai RP 266 triliun. Begitu pula dengan transaksi perbankan digital yang akan tumbuh sebesar 19,1 persen pada 2021.

"Akselerasi ekonomi dan finansial digital akan membantu pemulihan ekonomi. Kami optimis untuk pemulihan ekonomi ini," tutur Perry.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

BI Diminta Tak Turunkan Suku Bunga Acuan Lagi

Gubernur BI Perry Warjiyo memberi paparan saat mengisi seminar di pertemuan IMF-WB 2018, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Seminar bertema "Per Jacobsson Panel: Is There a New Orthodoxy for Monetary Policy?". (Liputan6/Angga Yuniar)

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean menilai Bank Indonesia tidak lagi menurunkan suku bunga acuan lebih dari 3,5 persen. Meskipun ruang untuk penurunan BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI-7DRRR) masih terbuka di tengah kondisi perekonomian nasional saat ini.

"Saya harap 7 Days Reserve ini sampai di 3,5 persen. Ini titik bawahnya, jangan dibawah ini lagi," kata Adrian, Jakarta, Kamis (25/2/2021).

Adrian mengatakan penting bagi bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunganya. Sebab secara eksternal ini terkait besarnya ketidak dari arah pergerakan aset global. Tentunya ini akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.

"Masih sangat besarnya ketidakpastian arah pergerakan aset global di 2021 yang pasti akan berdampak pada stabilitas rupiah," kata dia.

Dari sisi domestik, mempertahankan suku bunga acuan ini untuk menjaga monetary tank. Sehingga dapat mencegah munculnya komplikasi saat dilakukan normalisasi moneter pasca tahun 2022 atau 2023.

"Dari sisi domestik untuk menjaga agar monetary tank tidak terlalu kosong," kata dia mengakhiri.

Sebagai informasi, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Februari 2021 memutuskan menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 3,5 persen. Bila dibandingkan Februari tahun 2020, suku bunga acuan yang ditetapkan BI yakni 4,75 persen. Lalu pada bulan Maret 2020 turun 25 bps menjadi 4,5 persen.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya