Curhat Guru Matematika Putar Otak Kejar Target di Tengah Pandemi Covid-19

Peringatan Hari Guru Nasional, Rabu (25/11/2020), mempunyai makna tersendiri bagi Mira. Dia semakin memantapkan tekad pengabdiannya sebagai guru, karena guru adalah orang yang berjasa.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 27 Nov 2020, 05:00 WIB
Mira Turang memilih mengabdi sebagai guru di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut.

Liputan6.com, Manado - Guru adalah profesi yang mulia, sosok yang berjasa dan memiliki pengabdian yang besar. Hal inilah yang membuat Mira Turang memilih mengabdi sebagai guru di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut. Berbagai tantangan dihadapi, terlebih saat pandemi Covid-19.  

"Dengan pemahaman tersebut saya terpanggil untuk menjadi guru, ambil bagian dalam pengabdian tersebut, sekaligus bangga ketika bisa bersama mencerdaskan anak bangsa," ujar alumnus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Manado (Unima) ini.

Menjalani profesi sebagai guru dirasakan Mira penuh dengan tantangan. Bagaimana mengajari anak didik agar bisa memahami materi yang diberikan membutuhkan kiat dan ketekunan. Apalagi pelajaran matematika yang oleh sebagian siswa dirasa paling sulit. Targetnya pun jelas dan saklek, jika tidak tercapai bisa berdampak di jenjang berikutnya.

Seperti di sekolah lainnya, proses pembelajaran di SMPN 1 Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, menggunakan Kurikulum K-13. Model pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan materi pembelajaran dan alokasi waktu yang memadai. Namun, kondisi kemudian berubah sekaligus menjadi tantangan tersendiri saat pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk di Sulut.

"Ketika pandemi Covid-19, pertemuan guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya," tutur Mira.

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Kiat Belajar Matematika pada Masa Pandemi Covid-19

Kendala internet membuat kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui luar jaringan atau luring, dengan mengunjungi peserta didik.

Pembelajaran yang awalnya dilakukan secara dalam jaringan (daring), tetapi kenyataannya memiliki kendala dengan jaringan internet yang belum memadai, terutama di sejumlah desa yang menjadi domisili peserta didik. Hal lainnya adalah agak sulit mengumpulkan peserta didik untuk bisa gabung dalam pembelajaran daring.

"Kebanyakan telat hadir. Selain jaringan internet, waktu juga dibatasi serta fokus pada pemberian materi saja," ujarnya.

Dengan berbagai kendala yang ada, akhirnya kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui luar jaringan atau luring, dengan mengunjungi peserta didik. Dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19, dibentuklah kelompok-kelompok siswa di desa-desa. Dengan pembelajaran luring, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga bisa mengetahui kondisi masing-masing peserta didik di kelompok belajar tersebut.

"Guru merasa dekat dan lebih memahami karakteristik peserta didik khususnya peserta didik kelas 7, atau mereka yang baru masuk SMP tahun ini," ujar Mira yang sudah 12 tahun mengabdi sebagai guru.

Mira mengatakan, untuk komunikasi terkait tugas-tugas sekolah, dia masih memanfaatkan layanan aplikasi seperti WhatsApp. Tugas dikirim melalui grup, kemudian dikerjakan oleh siswa, dan dilaporkan kembali melalui grup yang ada.

"Ini yang bisa kami lakukan agar kegiatan belajar mengajar ini bisa berjalan, meski wabah Covid-19 belum berhenti," katanya.

Peringatan Hari Guru Nasional, Rabu (25/11/2020), mempunyai makna tersendiri bagi Mira. Dia semakin memantapkan tekad pengabdiannya sebagai guru, karena guru adalah orang yang berjasa.

"Melalui guru kita bisa mengenal huruf dan angka, serta mengerti banyak hal," ujarnya.

Dalam momentum peringatan Hari Guru Nasional, dia berharap pemerintah lebih memberikan perhatian yang lebih besar dan merata bagi guru-guru yang mengabdi di seluruh penjuru Tanah Air. Karena guru punya tanggung jawab yang besar untuk masa depan bangsa.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya