CISDI: 45,4 Persen Puskesmas Belum Dapat Pelatihan tentang Pengendalian dan Pencegahan COVID-19

Dalam hasil survei yang dilakukan CISDI, terungkap beberapa tantangan yang masih dihadapi puskesmas terkait kapasitas mereka dalam menekan infeksi COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Nov 2020, 08:00 WIB
Pasien melakukan pendaftaran saat simulasi vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). Pemkot Depok menggelar simulasi vaksin COVID-19 dalam rangka persiapan vaksinasi yang rencananya akan dilaksanakan bulan November 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Pelibatan puskesmas dalam merespon COVID-19 sesungguhnya sangat penting dalam penanganan pandemi, termasuk untuk pemeriksaan, penelusuran kontak, pemantauan isolasi mandiri, dan edukasi komunitas.

Meskipun begitu, sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) mengungkapkan masih terdapat tantangan untuk mewujudkan hal tersebut.

Salah satu tantangan yang dihadapi puskesmas terkait penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia adalah mengenai kapasitas puskesmas dalam menekan infeksi.

Dalam peluncuran Hasil Survei Kebutuhan Puskesmas di Masa Pandemi secara virtual pada Kamis (5/11/2020), Olivia Herlinda, Direktur Kebijakan CISDI mengungkapkan sebanyak 45,4 persen puskesmas belum mendapatkan pelatihan tentang pengendalian dan pencegahan infeksi.

Selain itu, 38 persen puskesmas belum memiliki SOP penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pelayanan di masa pandemi dan 18,5 persen belum memiliki fasilitas cuci tangan dan hand sanitizer yang cukup.

"Yang cukup baik, lebih dari 50 persen puskesmas sudah melakukan modifikasi lingkungan untuk mencegah penularan, jadi modifikasi ini seperti adanya jarak dalam antrian, kemudian jarak tempat duduk, penggunaan acrylic, dan sebagainya."

Dalam temuannya, 36 persen puskesmas juga telah memanfaatkan teknologi informasi untuk pelayanan jarak jauh.

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Perlindungan Terhadap Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan melakukan simulasi vaksin COVID-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). Pemkot Depok menggelar simulasi vaksin COVID-19 dalam rangka persiapan vaksinasi yang rencananya akan dilaksanakan bulan November 2020. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Masih terkait kapasitas puskesmas dalam penanganan infeksi, survei menunjukkan bahwa masih banyak puskesmas yang perlindungan terhadap tenaga kesehatannya belum cukup terpenuhi.

"66 persen puskesmas masih merasa kekurangan APD esensial yang berupa masker N95 dalam memberikan pelayanan pada pasien gejala mirip COVID," kata Olivia.

43 persen puskesmas juga merasa masih kekurangan gaun medis dan 40 persen menyatakan kekurangan masker bedah.

"Melihat masih adanya gap dalam pengetahuan, maka sosialisasi pedoman dan pencegahan COVID ke puskesmas seluruh Indonesia secara reguler itu penting," kata Olivia dalam rekomendasinya.

Ia menambahkan akses informasi di setiap wilayah di Indonesia tidaklah sama, selain itu ilmu terkait pandemi terus berubah dan berkembang secara dinamis. Maka dari itu, pelatihan bagi pekerja puskesmas secara rutin dinilai penting.

Selain itu, CISDI juga menegaskan bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan harus dilakukan secara optimal melalui pemeriksaan secara reguler, serta pemenuhan APD yang cukup.

Survei gelombang I ini dilaksanakan pada 14 Agustus hingga 7 September 2020. Total 1.094 responden berpartisipasi dengan 765 yang memenuhi persyaratan dari 647 puskesmas di 34 provinsi di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya