Kasus Positif COVID-19 di 9 Provinsi Prioritas Cenderung Naik, Apa Sebabnya?

Kasus positif COVID-19 di 9 provinsi prioritas cenderung naik, apa penyebabnya?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Okt 2020, 12:00 WIB
Penumpang tiba di stasiun Gambir Jakarta, Kamis (28/5/2020). Penumpang yang mudik dari Surabaya mengunakan kereta api luar biasa harus memiliki SIKM sebagai syarat yang dimiliki warga untuk keluar atau masuk ke wilayah Jakarta yang bertujuan menekan angka kasus COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Dari 10 provinsi prioritas (ditambah Aceh), 9 di antaranya ada kecenderungan kenaikan kasus positif COVID-19. Padahal, data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dalam dua pekan terakhir ini, ada tren penurunan kematian dan angka kesembuhan naik--meski tetap terjadi fluktuatif.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menerangkan, penyebab peningkatan kasus positif COVID-19 di 9 provinsi prioritas (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Bali, Papua).

"Jadi, ada peningkatan jumlah testing (tes COVID-19) yang dilakukan. Tentunya, dapat berkontribusi terhadap jumlah kasus positif yang berhasil dideteksi di berbagai daerah," terang Wiku saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (15/10/2020).

"Karena memang Pemerintah terus meningkatkan jumlah testing yang dilakukan di berbagai daerah untuk meningkatkan deteksi dini."

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Perlu Tingkatkan Kesadaran

polda bali cegah kluster corona

Adanya peningkatan kasus positif COVID-19, Wiku mengatakan, kita harus sadar bahwa semua elemen masyarakat masih perlu meningkatkan kesadaran protokol kesehatan.

"Kita yakin bahwa kondisi ini harusnya bisa dikendalikan dan meningkatnya jumlah kasus positif di 9 provinsi tersebut juga disebabkan masih adanya penularan COVID-19 pada masyarakat," lanjut Wiku.

"Tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan belum sepenuhnya dilakukan."

Satgas COVID-19 pun selalu melakukan survei secara periodik untuk melihat kondisi penerapan protokol kesehatan yang dijalankan oleh masyarakat.

"Oleh karena itu, Satgas sebenarnya tidak bosan-bosan mengimbau agar masyarakat ikut berperan aktif menjalankan disiplin protokol kesehatan. Betul-betul selalu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak," pungkas Wiku.

 

3 dari 4 halaman

Tren Peningkatan Kasus dapat Berkurang

Petugas melakukan Operasi Yustisi mencegah penularan Covid-19 di Taman Perdamaian, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (23/9/2020). Sebagai efek jera, warga yang tidak mengenakan masker diberi sanksi sosial berupa membersihkan toilet, menyapu, push up, dan denda Rp 50 ribu. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Wiku menambahkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan dapat membuat peningkatan kasus positif COVID-19 berkurang.

"Apabila terjalin sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan perannya masing-masing mengatasi pandemi COVID-19, saya yakin bahwa tren kenaikan kasus positif COVID-19 dapat berkurang seiring waktu sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo," tambahnya.

"Saya menyampaikan apa yang diucapkan Ketua Satgas COVID-19, Pak Doni monardo, Apa yang kita lakukan agar disiplin dan patuh memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan serta mencuci tangan belum sebanding dengan beratnya perjuangan dokter dan tenaga kesehatan yang merawat pasien di rumah sakit."

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Provinsi dan 25 Kabupaten/Kota Menuju New Normal

Infografis 4 Provinsi dan 25 Kabupaten/Kota Menuju New Normal. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya