Dampak Psikologis Bagi yang Haus Sentuhan Kasih Sayang dan Pelukan Selama Pandemi

Di masa pandemik menyulitkan kita untuk berinteraksi dengan seseorang, ternyata masalah ini sangat berdampak bagi psikologis Anda.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 14 Okt 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi Pasangan Credit: pexels.com/freestocks

Liputan6.com, Jakarta - Selain kebutuhan pangan, tanpa kita sadari, kontak fisik atau sentuhan telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia. Sayangnya, saat pandemi Corona Covid-19 melanda, kebutuhan ini mulai sirna.

Sesuai anjuran protokol kesehatan dari WHO, memaksa setiap individu untuk membatasi interaksi dengan seseorang.

Dan bagi orang-orang yang sangat ketat dalam menghindari risiko itu, kurangnya kontak itu ternyata memiliki dampak psikologis yang serius. Bahkan menyebabkan suatu kondisi dimana seseorang haus akan sentuhan.  

Menurut Psikoterapis Alisa Ruby Bash, Psy.D., LMFT mengungkapkan bahwa kontak dengan tubuh seseorang seperti pelukan atau interaksi dengan orang yang menggeluti bidang perawatan diri yang mulai dibatasi, membuat seseorang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Mengapa Sentuhan Begitu Penting?

Ilustrasi Sentuhan Fisik Credit: pexels.com/cottonbro

Hilangnya kegiatan ini membuat Anda tersadar pentingnya kontak fisik di dalam kehidupan kita. Lewat sentuhan, kadar oksitosin pada tubuh akan meningkat yang membuat seseorang merasa nyaman dan merasa dicintai.

Bash mengatakan rasa itu timbul ketika seseorang mendapat pelukan atau pijatan dari orang-orang di sekitar kita. Hal ini yang memungkinkan mengapa pijat terapeutik atau berpegangan tangan terbukti bermanfaat bagi pasien kanker, pengidap anoreksia, orang tua, wanita hamil, dan bayi.

Sebuah studi di PLoS One pada 2018, menemukan bahwa pelukan sederhana dapat meningkatkan suasana hati dan membuat seseorang merasa lebih baik.

Lebih lanjut, Psychological Science 2014 menjelaskan sistem kekebalan jadi lebih kuat dengan dukungan sentuhan. Misalnya saja saat orang tengah emosi, stres, dan sakit kontak fisik menjadi obat untuk memulihkan. 

3 dari 4 halaman

Apa yang Terjadi bila Sentuhan Tak Kunjung Didapatkan?

ilustrasi berpegangan tangan/copyright Unsplash/Alvin Mahmudov

Kekurangan sentuhan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian dan sedih. Nyatanya, keintiman yang dibangun lewat sentuhan sangat penting untuk perkembangan otak pada anak-anak kecil, sedangkan bagi  orang dewasa akan merasa ketidakhadirannya dengan tajam.

Mungkin bagi seseorang yang tinggal bersama keluarga, hal ini tak terlalu berpengaruh. Karenanya, mereka masih terhubung secara emosional. Namun, ini akan berbahaya bagi orang yang tinggal sendiri yang membuatnya semakin tenggelam di dalam kesepian seakan-akan terisolasi dari masyarakat.

Semakin lama Anda bergelut di dalam kesepian, tingkat stres semakin tak bisa dikendalikan. Yang berujung dengan depresi.  

4 dari 4 halaman

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Ilustrasi berpegangan tangan. (Creative Commons/Pixabay)

Beruntung, wabah pandemi Covid-19 bisa ditangani secara perlalan. Dengan begitu, banyak sebagian negara yang mulai melonggarkan peraturan yang dibuat di masa pandemik ini.

Alhasil, sedikit demi sedikit Anda bisa merasakan kontak fisik. Tak perlu malu untuk mengungkapkan kehausan Anda akan sentuhan.

Jika batas toleransi Anda terhadap sentuhan tidak dapat dikontrol, Anda bisa mengupayakannya dengan tetap menggunakan masker yang sesuai. Para ahli meyakini bahwa memakai masker saat melakukan perawatan atau berkontak fisik akan baik-baik saja, asalkan tempat tinggal Anda memiliki tingkat Covid-19 yang sangat rendah.

Namun, jika Anda sangat khawatir, Anda harus memastikan tempat spa yang Anda datangi menerapkan prosedur kesehatan dan kebersian secara ketat. Di samping itu, tak lupa Anda juga memperhatikan diri Anda untuk tetap terhindar dari infeksi virus Corona.  

Bash juga mengatakan Anda tidak boleh mencoba untuk menjauh atau menekan kebutuhan Anda akan sentuhan. Dalam hal ini Anda perlu menyeimbangkan antara kesehatan fisik dan juga mental.

"Keseimbangan ini dibutuhkan agar Anda tetap merasa damai dan sejahtera di tengah pandemik global ini," tambah Bash.

Penulis:

Ignatia Ivani 

Universitas Multimedia Nusantara 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya