GoFood Perkuat Kompetensi Keamanan Digital untuk Para Mitra

Langkah ini dilakukan GoFood sebab banyak pelaku UMKM yang mulai beralih ke bisnis digital selama pandemi.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Agu 2020, 14:30 WIB
Tampilan Aplikasi Gofood. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - GoFood secara konsisten terus mendorong upaya keamanan digital, terutama bagi para mitra usaha melalui edukasi. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen mengimbangi tingginya jumlah UMKM yang mulai beralih ke platform digital, terutama di masa pandemi ini.

Menurut data, setidaknya ada lebih dari 120 ribu UMKM yang mendorong pivot bisnisnya ke digital dengan memutuskan bergabung pada program Melaju Bersama Gojek. Dengan bergabung program ini, mereka memperoleh akses terhadap solusi komprehensif mulai dari hulu ke hilir.

Dengan kondisi itu, GoFood pun menekankan pentingnya menjaga kerahasiaan data usaha maupun data pribadi. Hal itu dilakukan dibagikan melalui berbagai kanal, seperti aplikasi GoBiz, situs resmi GoBiz, media sosial, termasuk Komunitas Partner GoFood (KOMPAG).

Layanan milik Gojek ini juga mengatakan kompetensi keamanan digital merupakan kunci utama untuk melindungi diri dari upaya penipuan dengan teknik rekayasa sosial atau yang dikenal sebagai manipulasi psikologis. Metode rekayasa sosial ini memang tengah menjadi tren dalam penipuan digital sekarang.

Selain edukasi, GoFood juga menyertakan sejumlah fitur keamanan di aplikasi GoBiz. Beberapa fitur tersebut adalah verifikasi PIN validasi untuk mitra pengemudi yang mengambil pesanan, fitur pengaturan peran pengguna untuk akses pemilik, manajer, dan kasir, hingga fitur konfirmasi sebagai pemilik untuk verifikasi kepemilikan data.

"Seluruh upaya inovasi teknologi Gojek dan edukasi kompetensi keamanan digital yang konsisten bagi mitra usaha ini diharapkan dapat mendukung mitra dalam melindungi keamanan data pribadi dan data usaha," tutur Head of Merchant Platform Business Gojek, Novi Tandjung.

2 dari 3 halaman

Metode Penipuan dengan Rekayasa Sosial Kian Marak

Buat Anda yang baru memulai bisnis rental mobil maupun sudah lama berkecimpung dan ingin memperkuat posisi bisnis di era digital, Anda bisa sontek beberapa tips ini.

Sebagai informasi, berdasarkan kajian dari Center for Digital Society (CfFS) Universitas Gadjah mada, penipuan dengan teknik rekayasa sosial adalah jenis penipuan dengan metode memanipulasi psikologis pengguna platform teknologi dan bukan peretasan sistem.

Dalam kajian bertajuk “Peningkatan Kompetensi Keamanan Digital di Indonesia: Analisis Fenomena Penipuan dengan Teknik Rekayasa Sosial”, disebutkan penipuan dengan rekayasa sosial ini dapat terjadi karena penipu memanfaatkan ketidaktahuan maupun minimnya kompetensi keamanan pengguna platform digital.

“Penipu menyerang kelemahan psikologis pengguna sehingga membuat calon korban mengabaikan nalar dan logika, misal kita dibuat senang denganiming-iming hadiah," tutur peneliti CfDS, Adityo Hidayat. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran dan kehati-hatian untuk lebih sensitif terhadap modus manipulasi psikologis.

3 dari 3 halaman

Beberapa Kondisi yang Perlu Mendapat Perhatian Khusus

Peluncuran inisiatif Melaju Bersama Gojek sebagai solusi komprehensif bagi UMKM untuk beralih ke dunia digital. (Dok. Gojek)

Adityo pun mengatakan ada beberapa hal perlu mendapat perhatian khusus dari mitra agar tidak menjadi korban penipuan digital. Salah satunya menjaga kode OTP (One-Time Password) dan nomor kartu ATM.

“Kode OTP dan nomor kartu ATM hanya untuk diproses oleh sistem atau mesin. Karenanya, apabila ada orang yang menanyakan kode OTP maupun nomor kartu ATM kita patut berhati-hati," tuturnya menjelaskan.

Lebih lanjut dia menjelaskan, akibat yang terjadi saat seseorang memberikan kode OTP atau nomor kartu ATM pada penipu adalah kemungkinan pengambil alihan akun pribadi. Selain itu, dapat pula dilakukan penyalahgunaan akses ke sistem perbankan sehingga menyebabkan kerugian finansial.

Sementara untuk kondisi yang sering berujung pada penipuan dengan rekayasa digital, Adityo menuturkan, salah satunya terjadi apabila ada seseorang yang berpura-pura menjadi kenalan korban atau mengaku sebagai perwakilan perusahaan.

"Setelah itu, umumnya penipu akan memberikan perintah kepada calon korban seperti meminta informasi data pribadi, data usaha, atau meminta transfer sejumlah uang," tuturnya. Biasanya, penipu akan menciptakan suasana mendesak untuk membuat keputusan sesegara mungkin.

Terakhir, tindakan yang biasanya digunakan saat melakukan penipuan dengan rekayasa digital adalah memberikan iming-iming hadiah dan bantuan jasa. Oleh sebab itu, pelaku UMKM harus waspada apabil ada tawaran bantuan pendaftaran menjadi mitra GoFood atau pencairan dana usaha secara manual.

(Dam/Why)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya