Jateng Terbanyak Produksi Padi se-Indonesia

Produksi padi di Jawa Tengah sepanjang 2019 dinilai terbanyak se-Indonesia.

oleh Reza pada 18 Agu 2020, 11:24 WIB
Produksi padi di Jawa Tengah sepanjang 2019 dinilai terbanyak se-Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Produksi padi di Jawa Tengah sepanjang 2019 dinilai terbanyak se-Indonesia. Atas prestasi tersebut, Jawa Tengah mendapat penghargaan sebagai daerah dengan tingkat produksi beras tertinggi se-Indonesia, yang diserahkan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, tepat pada HUT ke-75 Indonesia, Senin (17/8/2020).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, penghargaan ini diperoleh karena Jateng, berhasil memproduksi panen padi 9.655.653 ton gabah kering giling (GKG), pada tahun 2019. Jumlah tersebut, setara dengan produksi beras 5.539.448 ton beras.

Produksi padi Jawa Tengah mengalahkan Provinsi Jawa Timur yang menghasilkan 9.580.933 ton GKG, setara 5.496.581 ton beras. Tempat ketiga adalah Provinsi Jawa Barat yang menghasilkan padi 9.084.957 ton GKH, setara 5.212.039 ton beras.

Sementara itu, tempat keempat ditempati oleh Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, DI Aceh, Sumatera Barat, dan Banten.

Selain provinsi Jateng yang memperoleh penghargaan, tiga kabupaten di Jawa Tengah juga memperoleh predikat produsen padi tertinggi. Ketiganya adalah Kabupaten Grobogan dengan 772.551 ton GKG di tempat ke delapan, Kabupaten Sragen dengan 766.012 GKG di tempat ke sembilan, dan Kabupaten Cilacap dengan 699.965 GKG

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah Suryo Banendro bersyukur atas capaian tersebut. Ia mengatakan, selain usaha keras dari para petani, jalinan kerja sama antarsektor juga memengaruhi kenaikan produktivitas lahan padi di Jateng.

"Sektor pertanian kalau nyambut gawe (bekerja) dipengaruhi wong njaba (orang luar), bibit dari swasta, saluran irigasi dari PSDA, pupuk dari BUMN. Ini hasil kerja sama di bawah arahan Pak Ganjar (Gubernur Jawa Tengah)," ungkapnya.

Suryo mengatakan, untuk menggenjot produksi padi, pihaknya memberikan berbagai bantuan dan program. Di antaranya, melakukan pembasmian hama wereng dan tikus, percepatan tanam dan pemberian bantuan pompa air.

Selain itu, Distanbun menyediakan bantuan alat pemanen (combine harvester). Pihaknya juga menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), di mana pada 2020 ini, disiapkan asuransi untuk 35 ribu hektare sawah puso, yang dananya bersumber dari APBD Jateng.

"Ketika panennya cepat, maka lahan bisa dipersiapkan untuk ditanam kembali. Selain itu, kita juga memberikan bantuan benih saat pandemi Covid-19. Karena dengan bantuan tersebut, kami harap dapat mengurangi biaya usaha tani," paparnya.

Suryo menambahkan, dengan produktivitas tersebut Jawa Tengah mampu menyuplai beras ke daerah-daerah lain. Seperti Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, serta ke wilayah Indonesia bagian timur.

Ia menyebut, kebutuhan beras di Jawa Tengah sekitar 269 ribu ton per bulan, atau sekitar 3,2 juta ton beras per tahun. Sedangkan produksi 2019 mencapai 5.539.448 ton beras. Dengan jumlah tersebut, Suryo optimistis bisa kembali melanjutkan tren peningkatan produktivitas beras pada 2020. Apalagi, sampai Mei 2020 tercatat produksi beras sudah mencapai 2,4 juta ton.

Disinggung mengenai alih fungsi lahan di Jawa Tengah, Suryo tak menampik kenyataan itu. Namun ia menjamin hal itu sudah sesuai peraturan yang ada. Selain itu, dengan manajemen pertanian yang benar, pihaknya mampu mempertahankan produksi yang ada.

"Namun dengan dukungan infrastruktur pertanian, ketika dulu bisa satu kali tanam, setelah air masuk (irigasi) bisa dua kali tanam. Akan tetapi bagaimanapun, alih fungsi lahan tetap harus sesuai peraturan yang ada," jelas Suryo.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya