Hingga Juli 2020, Serapan Beras Bulog Capai 850 Ribu Ton

Realisasi serapan beras telah mencapai 850 ribu ton yang tersebar di seluruh wilayah kerja Bulog di Indonesia

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Jul 2020, 13:00 WIB
Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengunjungi pergudangan beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/2/2020). Jelang Ramadan dan Idul Fitri 2020 Perum Bulog siap mengamankan pasokan beras di seluruh wilayah Indonesia mencapai 1,7 juta ton. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Pandeglang Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan, hingga minggu ke-4 bulan Juli 2020, realisasi serapan beras telah mencapai 850 ribu ton yang tersebar di seluruh wilayah kerja Bulog di Indonesia.

Jumlah tersebut sama dengan 60,7 persen dari total target pengadaan beras hingga akhir tahun sebesar 1,4 juta ton.

"Saat ini cadangan kita sudah 1,45 juta ton (pengadaan beras ditotal dengan cadangan tahun kemarin). Stok cadangan beras Bulog sampai akhir Desember akan mencukupi," ujar Budi Waseso di Pandeglang, Banten, Selasa (28/7/2020).

Bulog sendiri menjamin hasil panen di seluruh wilayah kerja di Indonesia dapat terserap dengan baik. Setelah menyerap hasil panen di Pandeglang, Bulog juga membeli hasil panen di Cilacap dan Gowa.

"Contohnya seperti saat ini di Pandeglang ada sekitar 400 hektar sawah yang sedang panen, dan pekan lalu saya juga instruksikan beberapa direksi melakukan hal yang sama dengan langsung menjemput panen petani di Cilacap Jawa Tengah dan di Gowa Sulawesi Selatan," kata Budi Waseso.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kualitas Beras

Pekerja berstirahat di tumpukan karung beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/2/2020). Jelang Ramadan dan Idul Fitri 2020 Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog siap mengamankan pasokan beras di seluruh wilayah Indonesia mencapai 1,7 juta ton. (merdeka.com/Imam Buhori)

Pria yang akrab dipanggil Buwas mengakui, kualitas dan kuantitas gabah/beras dalam negeri masih kalah jauh dari beras impor. Harganya pun masih lebih mahal. Namun, hal ini dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

"Kita harus punya ketahanan pangan. Sekarang saja beberapa daerah masih supply, karena produksi di daerahnya kurang. Kalau kita tahan pangan, mau diapain saja kuat. Tapi kalau krisis, gimana mau bertahan," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya