Virus Corona Terdeteksi di Spanyol Sejak Maret 2019 Sebelum Meneror Wuhan

Jika terbukti benar, maka bisa dikatakan virus corona ini sudah muncul lebih dulu dari perkiraan komunitas ilmuwan sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2020, 11:00 WIB
Covid-19, Nama Baru Corona: Petugas laboratorium menguji sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning, China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Tim ahli dari Universitas Barcelona, Spanyol, Jumat lalu mengumumkan telah menemukan jejak virus corona (Sars-CoV-2) di sebuah sampel air selokan di Barcelona yang dikumpulkan pada Maret 2019, sembilan bulan sebelum pandemi Covid-19 bermula di Wuhan, China, pada Desember 2019.

Jika terbukti benar, maka bisa dikatakan virus corona ini sudah muncul lebih dulu dari perkiraan komunitas ilmuwan sebelumnya.

Dilansir dari laman Reuters, tim dari Universitas Barcelona mengambil sampel air selokan pada pertengahan April tahun ini untuk mendeteksi kemungkinan munculnya wabah baru. Mereka kemudian memutuskan mengambil sampel air juga dari tahun-tahun sebelumnya.

Tim ilmuwan pertama kali menemukan virus corona di Barcelona pada 15 Januari 2020, 41 hari sebelum kasus pertama dilaporkan di Spanyol.

Mereka kemudian melakukan tes pada sampel itu yang berasal dari Januari 2018 hingga Desember 2019 dan menemukan jejak genom virus corona di salah satu sampel yang dikumpulkan pada 12 Maret 2019.

 

2 dari 2 halaman

Analisis dilakukan antara Januari 2018 hingga Desember 2019

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Mereka menganalisis air beku selokan dari sembilan hari berbeda antara Januari 2018 hingga Desember 2019. Semua sampel dinyatakan negatif dari jejak Sars-CoV-2, kecuali ada kadar rendah pada sampel yang ditemukan pada 12 Maret 2019 itu.

"Level Sars-CoV-2 yang ditemukan memang rendah tapi positif," kata kepala peneliti Albert Bosch seperti dikutip pihak universitas.

Penelitian ini sudah diajukan untuk bisa diulas oleh sesama ilmuwan lain.

Dr Joan Ramon Villalbi dari badan Masyarakat Kesehatan Umum dan Sanitasi Spanyol mengatakan kepada Reuters, masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan pasti.

"Ketika hasil temuan hanya diperoleh dari satu sampel, maka Anda akan selalu perlu lebih banyak data, lebih banyak penelitian, lebih banyak sampel untuk memastikan dan menghindari kesalahan yang terjadi di laboratorium atau masalah metodologi," kata dia.

2 dari 2 halamanMemang ada potensi kesalahan karena virus ini punya kemiripan dengan jenis penyakit pernapasan lainnya.

"Tapi ini sangat menarik, sangat memicu penelitian selanjutnya," kata Villabi.

Bosch yang juga presiden Masyarakat Virologis Spanyol mengatakan deteksi virus corona pada Januari seharusnya bisa memicu langkah awal penanganan pandemi tapi yang terjadi adalah pasien mungkin salah didiagnosa sebagai flu biasa sehingga hal itu turut serta membuat penyakit itu menyebar sebelum tindakan penanganan dilakukan.

 

(Pandasurya Wijaya/Merdeka.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya