Perjalanan Kerupuk Melarat Cirebon, Dari Camilan yang Terbuang Kini Diburu Orang

Nama Kerupuk Melarat bukan sebuah nama melainkan menjadi bagian dari sejarah perjalanan peradaban Cirebon dari zaman Sunan Gunung Jati hingga sekarang

oleh Panji Prayitno diperbarui 30 Mei 2020, 12:00 WIB
Kerupuk Melarat salah satu oleh-oleh khas Cirebon yang memiliki cerita dalam proses perjalanan sejarah Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Berkunjung ke Cirebon tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati ragam kuliner khas Pantura Jawa Barat ini. Tak hanya itu, oleh-oleh khas Cirebon juga menjadi bagian dari daftar kuliner khas yang wajib dibawa pengunjung saat kembali ke daerah asal.

Tak sedikit pengunjung maupun pemudik belanja kerupuk melarat Cirebon saat ingin kembali ke Jakarta. Kerupuk melarat adalah nama kerupuk khas yang banyak dijual di Pantura Cirebon.

Namun ternyata, nama tersebut bukanlah nama pertama yang diberikan pembuat kerupuk tersebut pada 1926. Sebelumnya bernama Kerupuk Mares.

"Nama kerupuk mares berubah menjadi kerupuk melarat sekitar tahun 1980-an," ujar pengamat sejarah dan budaya Cirebon, Nurdin M. Noor, Jumat (29/5/2020).

Nurdin menjelaskan, nama kerupuk mares berarti 'tanah' dan 'ngeres' atau olahan pasir yang kasar. Nama kerupuk mares kemudian berubah menjadi kerupuk melarat sekitar tahun 1980-an.

Sebutan kerupuk melarat tersebut, kata dia, diberikan kepada orang kota karena dianggap sebagai simbol orang miskin. Terlihat dari cara menggorengnya tidak menggunakan minyak tanah.

"Kerupuk melarat digoreng pakai pasir. Saat itu kerupuk melarat dianggap sebagai camilan yang terbuang," ujar Nurdin.

Nurdin mengatakan, penciptaan kerupuk melarat pada awalnya berkaitan dengan depresi ekonomi yang melanda dunia pada 1920-an. Belanda yang masih menjajah Indonesia juga ikut terkena imbasnya. Begitu pula dengan Indonesia yang berimbas ke daerah seperti Cirebon.

2 dari 2 halaman

Kerativitas Warga Cirebon

Kerupuk Melarat salah satu oleh-oleh khas Cirebon yang memiliki cerita dalam proses perjalanan sejarah Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Akibat depresi ekonomi, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng untuk menggoreng kerupuk. Namun, kondisi itu justru mendorong warga lebih kreatif.

"Masyarakat pun menggoreng kerupuk dengan menggunakan pasir sebagai pengganti minyak dan hasilnya malah enak. Kerupuk melarat itu hasil kreativitas masyarakat Pantura Cirebon," kata Nurdin.

Sebenarnya tidak hanya kerupuk melarat yang berhasil diciptakan dalam masa-masa susah itu. Warga Pantura juga membuat beberapa camilan khas Cirebon lainnya, seperti tike, umbi, lantak, dan emping.

"Kerupuk melarat biasanya dipadukan dengan sambal khas Cirebon, seperti sambal asam, sambal dage atau oncom," ujar Nurdin.

Saat ini, kerupuk yang identik dengan masyarakat miskin tersebut semakin digandrungi semua kalangan. Terlebih masyarakat di luar Cirebon.

"Salah satu penyebab macet juga banyak pemudik yang berhenti di sepanjang Jalan Tengah Tani untuk beli kerupuk melarat karena itu salah satu sentra home industry," kata Nurdin.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya