Jubir Yurianto: Penanganan Covid-19 Butuh Stamina Sosial yang Besar

Upaya membangun kekuatan sosial tersebut, kata Yurianto, dapat dilihat dari langkah yang dilakukan Vietnam dalam melawan Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2020, 02:29 WIB
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto memberikan orang-orang yang terinfeksi Virus Corona penyebab COVID-19 saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta pada Selasa (28/4/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, upaya penanganan Covid-19 di Indonesia membutuhkan stamina sosial yang besar. Mengingat panjangnya waktu penyebaran Covid-19.

Salah satu upaya memperkuat stamina sosial itu dapat ditempuh dengan edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian kesadaran masyarakat untuk terlibat bersama-sama dalam penanganan Covid-19 dapat ditingkatkan sehingga masyarakat dapat secara mandiri melakukan upaya penangan Covid-19.

"Inilah saat edukasi dalam sisi seperti ini, kita sedang belajar bersama-sama kemudian kita-kita ribut sendiri kan mirip kelas IV SD yang ditinggal gurunya, berantem sendiri di dalam. Sekarang kita sedang di dalam fase seperti itu. Oleh karena itu kalau kita tidak bisa menempatkan diri dalam posisi membangun edukasi ke masyarakat secara bersama-sama kita akan kehabisan energi. Ini dibutuhkan stamina sosial besar loh. Ini  panjang. Butuh stamina sosial yang cukup kuat,” kata dia, dalam diskusi virtual, Minggu (3/5/2020).

Upaya membangun kekuatan sosial tersebut, lanjut dia, dapat dilihat dari langkah yang dilakukan Vietnam dalam melawan Covid-19. Vietnam kata dia berhasil menggalang kekuatan sosial dalam mengatasi Covid-19.

“Kita coba melihat keberhasilan Vietnam. Kita lihat bagaimana pemberdayaan masyarakat. Vietnam itu membangkitkan kembali permasalahan Covid-19 dengan semangat gotong royong pada waktu perang Vietnam, dimunculkan semangat itu,” ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Safe Community

Masyarakat Indonesia, jelas dia dapat dilatih dan diedukasi untuk menjadi safe community.

"Safe Community kita, bisa dikembangkan masyarakat yang mampu mengidentifikasi apa sih ancaman yang ada di dia, kemudian siapa yang paling rentan dari ancaman itu, apa sih kapasitas yang dimiliki masyarakat secara mandiri untuk mengeliminasi atau mengurangi risiko atau ancaman,” tegas dia.

 Selain, upaya dari pemerintah, keterlibatan tokoh masyarakat juga dibutuhkan dalam langkah edukasi kepada masyarakat.

"Masyarakat kita ini masyarakat panutan. Masih membutuhkan figur untuk dia patuhi dan figur itu belum tentu adalah pemerintah secara resmi. Belum tentu Pak RT itu satu-satunya tokoh yang disegani mungkin ada kyai, ada tokoh adat, itu yang lebih dipatuhi. Ini yang harus kita garap,” ungkapnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya