Pemerintah Kejar Target Produksi 16 Ribu Per Hari APD Berstandar Dunia

Indonesia telah mendapat serfikasi badan kesehatan dunia (WHO) untuk memproduksi APD.

oleh Muhammad Radityo PriyasmoroLizsa Egeham diperbarui 15 Apr 2020, 16:59 WIB
dr Rahmadi Iwan Guntoro, Sp.P bersiap memakai face shield atau pelindung wajah di Rumah Sakit Haji, Jakarta, Kamis (9/4/2020). Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah mengeluarkan rekomendasi standar APD berdasarkan tiga tingkatan perlindungan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyatakan negara sangat serius mengurus kebutuhan tenaga medis saat berjibaku melawan virus corona. Karenanya, komitmen tersebut diwujudkan dengan terus memproduksi alat pelindung diri (APD) hingga 16 ribu pe rhari.

"Kelengkapan standard berupa APD untuk petugas medis akan kita penuhi, kita menargetkan bahwa produksi ini bisa dikejar sampai dengan 16 ribu APD per hari," kata Yurianto saat jumpa pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (15/4/2020).

Yuri bersyukur upaya pemerintah mendapat dukungan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Dia menyatakan, produksi tekstil Indonesia saat ini sudah mendapat serfikasi badan kesehatan dunia (WHO) untuk memproduksi APD penanganan virus corona.

"Kita patut bersykur saat ini sudah dapat diproduksi bahan baku lokal yaitu menggunakan pollyester 100% ini adalah upaya kita untuk memenuhi kebutuhan APD dengan medical grade dengan standard terbaik," jelas dia.

Yuri berharap dengan keseriusan negara menunjang hak keselamatan tenaga medis, dapat membuat mereka di mana pun bertugas bisa merasa aman dan menang melawan badai virus corona Covid-19.

"Ini upaya keras kita sehingga seluruh tenaga kesehatan di seluruh pelosok tanah air dapat bekerja dengan rasa aman," Yurianto menandasi.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Produksi APD dan Ventilator

Anton Agusta melakukan uji coba ventilator buatannya di Bengkel Industri UMKM Agusta, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). Agusta membuat ventilator sederhana hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasminta mengklaim bahwa industri dalam negeri bisa memproduksi hingga 16 ribu alat pelindung diri (APD) per hari.

Menurut dia, pemerintah bekerja sama dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dalam memproduksi APD sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Dari kolaborasi itu dan API, maka sudah mampu kita produksi APD yang sesuai standar WHO. Sudah disesuaikan standar WHO. Ini APD dalam waktu dekat bisa produksi 16 ribu per hari," ujar Agus dalam video conference usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi, Rabu (15/4/2020).

Selain APD, Agus mengatakan bahwa pihaknya juga melakukan berbagai upaya untuk pengembangan ventilator. Dia menuturkan ada empat kelompok pengembang ventilator yakni, UI, Tim Yogyakarta yang terdiri dari UGM dan sejumlah perusahaan swasta.

Kemudian, kata Agus, kelompok pengembang ketiga dari ITB, partner industri dibina oleh Kementerian BUMN serta ada kelompok pengembang dari ITS. Dia menjelaskan bahwa kelompok pengembang akan memulai proses produksi pada April 2020.

"Khusus Tim Yogyakarta ini mereka justru berbicara untuk jangka menengah panjang. Mereka tidak hanya bicara untuk menangani Covid-19 sekarang, tapi mereka bicara ke depan," jelasnya.

"Karena mereka akan produksi ventilator jenis yang high grade, yamg dimana dari kelompok lain sebagian besar memang akan produksi yang low cost atau grade lebih rendah," sambung Agus Gumiwang.

Dia menuturkan bahwa Presiden Jokowi meminta agar kementerian fokus ke kegiatan pengemnangam alat kesehatan, obat-obatan, dan vitamin. Jokowi menargetkan agar industri dalam negeri bisa menyuplai alat kesehatan.

"Kita dorong obat asli indonesia, sejenis suplemen, bahan bakunya melalui proses verbal, semua nilai tambahnya akan ada di Indonesia karena Indonesia sangat kaya herbal," kata Agus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya