Virus Corona Misterius Tewaskan 17 Orang, Warga Wuhan Dikarantina

China memutuskan untuk mengkarantina Kota Wuhan. Bandara dan transportasi umum dalam beberapa jam di tengah wabah virus corona misterius.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 23 Jan 2020, 10:29 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Wuhan - Pemerintah China memutuskan untuk mengkarantina Kota Wuhan. Tak hanya itu, pihak berwenang juga berencana untuk menutup bandara dan transportasi umum dalam beberapa jam di tengah wabah virus corona misterius.

Virus Corona baru itu sejauh ini dikaitkan dengan setidaknya 17 kematian, dan telah membuat lebih dari 500 lainnya sakit.

Kantor Berita Xinhua melaporkan bahwa pada Kamis (23/1/2020), pemerintah kota telah meminta masyarakat untuk tidak meninggalkan Wuhan tanpa alasan spesifik. Surat kabar People's Daily kemudian mengunggah twit bahwa tidak ada yang akan diizinkan meninggalkan kota itu mulai pukul 10.00 pagi dan stasiun kereta api serta bandara akan ditutup.

Layanan bus kota, kereta bawah tanah, feri, dan bus antar-jemput jarak jauh juga akan ditutup sementara, demikian mengutip otoritas Wuhan.

Badan-badan kesehatan dan badan pemerintahan negara lain sejauh ini juga telah mengeluarkan peringatan kepada para pelancong, termasuk AS, yang menyarankan agar tak melakukan perjalanan ke Wuhan, yang merupakan tempat virus pertama kali terdeteksi.

Beberapa negara pun telah menerapkan langkah-langkah screening yang ditingkatkan di bandara untuk penerbangan dari wilayah Wuhan, ketika China menghadapi pengawasan atas apa yang diketahui para pejabat tentang wabah dan kapan mereka menemukannya.

Selama berminggu-minggu, pejabat kesehatan negara menyatakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi dilaporkan berjumlah 41 orang, dengan kematian minimal. Tetapi karena lebih banyak kasus muncul dan jumlah korban jiwa meningkat, ketakutan pun mulai muncul.

Para pejabat tinggi di China dilaporkan telah memperingatkan para pejabat tingkat rendah untuk tidak menutupi penyebaran virus, yang sekarang dikatakan dapat menular antar manusia.

Setiap pejabat tingkat rendah yang berusaha menyembunyikan kasus-kasus baru akan "dipaku pada pilar rasa malu untuk selamanya," para pejabat dengan Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat, sebuah badan politik top di negara yang menangani hukum dan ketertiban, katanya, menurut BBC

Saksikan Juga Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Seruan untuk Transparansi Kasus

Orang-orang memakai masker saat menaiki eskalator di Bandara Internasional Hong Kong di Hong Kong, Selasa (21/1/2020). Masker terjual habis dan pemeriksaan suhu di bandara dan stasiun kereta api menjadi norma baru di China menyusul merebaknya wabah virus corona. (AP/Ng Han Guan)

Seruan untuk transparansi kasus penyebaran virus corona ini, bercermin pada penanganan negara yang gagal terhadap virus SARS pada 2002-2003. Saat itu 8.000 orang terinfeksi dan menewaskan sedikitnya 770 jiwa.

Pada saat itu, para pejabat dituduh menutupi virus itu, yang tidak diumumkan kepada publik hingga sekitar lima bulan setelah terdeteksi.

Sejauh ini lima negara lain, termasuk AS, telah melaporkan kasus-kasus virus corona, yang dikatakan menyebabkan demam, batuk, dan sesak napas pada pasien, dan dapat menular antar manusia. Sebanyak 15 petugas kesehatan dinyatakan positif terkena virus, setelah 14 dari mereka bekerja pada pasien bedah saraf yang juga menderita coronavirus.

"Ini adalah pelajaran yang sangat mendalam, yaitu bahwa tidak boleh ada celah dalam pencegahan dan pengendalian kami," kata Wali Kota Wuhan, Zhou Xianwang tentang infeksi pekerja medis dalam wawancara dengan penyiar CCTV negara.

Pada hari Rabu, National Institutes of Health mengkonfirmasi kepada Fox News bahwa itu adalah "tahap awal pengembangan" vaksin untuk memerangi virus.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa kami berada pada tahap awal pengembangan vaksin untuk memerangi virus corona Wuhan," kata Kathy Stover, kepala cabang Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), dalam emailnya seperti dikutip dari Fox News.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya