Achmad Zulkarnain, Fotografi Menyempurnakan Hidup

Tak ada sedikit pun keraguan terlihat dari wajah Achmad Zulkarnain ketika menangkap objek dengan kameranya. Tangannya yang tak sempurna selalu berhasil mengabadikan potret indah yang membuat pelanggan puas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Jan 2020, 12:15 WIB
Canon mengapresiasi sosok fotografer Achmad Zulkarnain

Liputan6.com, Jakarta Tak ada sedikit pun keraguan terlihat dari wajah fotografer Achmad Zulkarnain ketika menangkap objek foto. Tangannya yang tak sempurna selalu berhasil mengabadikan potret indah yang membuat pelanggan puas.

Pria yang lahir dengan tangan dan kaki yang tak sempurna ini akrab disapa Dzoel. Ia adalah seorang fotografer profesional. Profilnya sempat diliput media luar seperti Al Jazeera dan Great Big Story. Dzoel memang istimewa. Kecakapannya dalam memotret dan mengedit foto  tak diragukan lagi.

“Hal yang paling konyol itu ketika semua orang memandang saya sebagai penyandang disabilitas. Saya punya cara sendiri untuk beraktivitas,” ujar Dzoel pada Al Jazeera.

Pria asal Banyuwangi ini mulanya bekerja di warung internet atau warnet yang juga menerima jasa foto. Mulanya, ia menggunakan kamera pinjaman untuk bekerja. Lama-kelamaan, ia bertekad untuk menyicil kamera pribadi demi mengikuti minatnya.

Ini adalah langkah yang tepat. Dengan kamera tersebut, ia berhasil membuktikan bahwa karyanya tidak dapat diremehkan.

Sehari-hari, ia menggunakan kendaraan modifikasi seperti mobil terbuka yang menggunakan mesin motor. Dengan kendaraan tersebut ia dapat menyanggupi permintaan para pengguna jasa. 

Kisah perjalanan karier Dzoel tak selalu mulus. Ia kerap menerima perlakuan kurang menyenangkan karena kekurangan fisiknya. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi itu pun berubah. Kini, karya dan kemampuan Dzoel diakui, bahkan ia pun didapuk menjadi pemateri dalam kelas fotografi.

Saksikan Juga Video Pilihan Berikut:

2 dari 2 halaman

Fotografi Sempat Mengancam Keselamatan

Hasil jepretan Bang Dzoel. Bang Dzoel/Facebook

Kamera yang berat tak menjadi halangan. Ia menempelkan kamera ke wajahnya dan menekan tombol pemotret menggunakan daging di ujung tangannya.

Dzoel berkisah, kecintaannya terhadap fotografi bahkan sempat mengancam keselamatannya. Ia mengaku pernah terjatuh dari tebing ketika hendak memotret air terjun. Kala itu, hal pertama yang ia khawatirkan adalah kamera bukan luka di tubuh.

“Jika seseorang ingin menjadi yang terbaik maka hapuslah pikiran bahwa kita adalah seorang penyandang disabilitas. Untuk menjadi yang terbaik  itu, tidak harus sempurna,” kata Dzoel.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya