Petani Pagar Alam Mengungsi Usai Teror Kawanan Harimau

Serangan harimau yang menewaskan salah satu petani kopi di Pagar Alam, membuat para petani akhirnya memilih mengungsi sampai keadaan aman.

oleh Nefri Inge diperbarui 08 Des 2019, 02:00 WIB
Para petani Kecamatan Dempo Selatan Kabupaten Pagar Alam mengungsi usai serangan harimau yang menewaskan petani kopi (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel) kembali mencekam seturut kembali turunnya harimau gunung ke pemukiman warga. Usai serangan yang menyebabkan dua orang meninggal dunia, kini serangan harimau kembali terjadi di Kota Pagar Alam.

Turunnya kawanan harimau ke perkebunan warga di Kota Pagar Alam ini, membuat para petani di Desa Meringang, Kecamatan Dempo Selatam akhirnya memilih mengungsi.

Para petani dibantu personel Polsek Dempo Selatan, anggota TNI dan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel dan dievakuasi ke kawasan yang lebih aman. Evakuasi ini dilakukan karena para petani melihat ada tujuh ekor harimau berkeliaran di lahan pertanian warga.

Sarjono, salah satu petani di Desa Meringang bilang sengaja meninggalkan kebun saat mendengar informasi dari warga sekitar, harimau masuk ke lahan perkebunan.

“Sudah dengar beberapa hari lalu, apa lagi ada petani yang tewas diterkam harimau. Daripada nyawa saya terancam, lebih baik saya meninggalkan sementara kebun sampai kondisi aman,” ucapnya, Sabtu (7/12/2019).

Sebelumnya, sekelompok hewan buas ini menyerang YA (39), petani kopi di Desa Bukit Benawa Kecamatan Dempo Selatan Pagar Alam. Kejadian ini berlangsung pada hari Kamis (2/12/2019), namun baru diketahui hari Kamis (5/12/2019).

Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Dempo Selatan Iptu Zaldi Jaya mengatakan, korban merupakan warga Desa Karang Dalam, Kabupaten Lahat. Sebelum diserang kawanan harimau, YA berangkat ke kebun tempatnya bekerja.

Seusai berangkat ke kebun, YA tidak kunjung pulang ke rumah. Keluarganya sempat mencari melalui kerabat korban di Kota Pagar Alam, karena mertua YA meninggal dunia. Saat itu, tak ada yang tahu YA telah menjadi korban serangan harimau.

“Sudah dicari di pondokan kebun kopi tapi tidak ada. Sepeda motor dan kopi hasil panennya masih berada di lokasi. Saat dicari, kerabat korban menemukan jasad YA dengan kondisi memprihatinkan di kawasan kebun kopi tersebut,” ujarnya, Sabtu (7/12/2019).

 

2 dari 2 halaman

Rusak Habitat Harimau

Para aparat kepolisian, anggota TNI dan BKSDA Sumsel mengevakuasi para petani di Kecamatan Dempo Selatan Kota Pagar Alam Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Saat ditemukan, hanya bagian kaki korban yang utuh. Sementara seluruh tubuh lainnya tinggal tulang belulang. Warga langsung melaporkan kejadian ini ke aparat kepolisian. Dengan jarak tempuh sekitar satu jam perjalanan, akhirnya petugas kepolisian mengevakuasi jasad korban menggunakan sepeda motor.

Untuk mengantisipasi terjadinya penyerangan harimau kembali, Polres Dempo Selatan Pagar Alam menghimbau warga untuk mengurangi aktifitas di kebun, bahkan dilarang untuk bermalam di kebun.

Tidak hanya memangsa YA, kawanan harimau ini juga menyerang Marta, warga desa setempat. Teror harimau ini sudah keempat kalinya terjadi dalam kurun waktu enam bukan terakhir.

Kepala UPTD KPH X Dempo Ardiansyah mengungkapkan, konflik manusia dan harimau ini terjadi di Desa Tebat Benawa. Karena ada oknum masyarakat yang membuka lahan perkebunan di dalam areal hutan lindung, yang bersebelahan dengan Hutan Adat Tebat Benawa.

Perambahan ilegal tersebut membuat habitat harimau terganggu, terlebih areal migrasi harimau dirusak. Sehingga ini yang kemungkinan memicu harimau turun ke perkebunan warga.

“Sebelum kejadian ini, kita sudah menghimbau ke warga, melalui ketua Hutan Adat Tebat Benawa agar tidak beraktifitas di areal itu, sejak kejadian harimau menerkam warga. Namun himbauan kita tidak diindahkan,” ucapnya.

Wali Kota (Wako) Pagar Alam Alpian Maskoni sebelumnya sudah mengingatkan kepada para petani, untuk meninggalkan perkebunannya untuk sementara waktu,sampai kondisi dinyatakan aman oleh pihak terkait.

“Kami menghimbau kepada masyarakat yang ada di kebun atau dekat kawasan Hutan Lindung, agar segera turun dan meninggalkan lahan kebun. Kemungkinan harimau masih berkeliaran,” ujarnya.

Alpian Maskoni sudah beberapa kali menghimbau warga, karena adanya konflik manusia dan harimau sudah terjadi beberapa waktu lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya