Tak Mudah Dongkrak Produksi Minyak Lewat Teknologi EOR

Ketika zat kimia EOR disuntikan ke ‎sumur minyak, produksi tidak secara otomatis langsung meningkat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Des 2019, 16:54 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan bahwa upaya peningkatan ‎produksi minyak dengan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) tak mudah. Selain itu, untuk menerapkan teknologi tersebut juga memerlukan waktu yang lama.

‎Vice President IPA Ronald Gunawan mengatakan, penerapan teknologi EOR untuk meningkatkan produksi minyak menempuh proses perencanaan, studi, pencocokan metode dengan karakter sumur minyak dan pengembangan.

"EOR hanya salah satu kontribusi buat dukung program 2030. EOR tidak instan, itu yang penting," kata Ronald, di Jakarta, Rabu (4/11/2019).

Ronald melanjutkan, ketika zat kimia EOR disuntikan ke ‎sumur minyak, produksi tidak secara otomatis langsung meningkat. Pasalnya, harus menunggu reaksi kimia agar minyak tertangkap dan bisa keluar dari sumur.

"Kalau kamu inject tidak akan langsung produksi. Itu perlu waktu. Ada proses dalam tanah, agar reaksi kimia supaya minyak terperangkap," jelasnya.

Menurut Ronald, upaya lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak adalah mengoptimalkan kegiatan produksi, pencarian potensi cadangan minyak dan pengembangan sumur yang sudah berproduksi.

"Kan kalau kita lihat di planning di SKK Migas, optimalisasi produksi, EOR, explorasi sama dari marginal field development jadi existing field yang belum dikembangkan," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Permintaan Luhut

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan‎ mengumpulkan perusahaan produsen minyak dan gas bumi (migas) kelas kakap. Pertemuan tersebut membahas peningkatan produksi minyak nasional.

‎Adapun perusahaan migas kelas kakap tersebut adalah Pertamina Grup, Exxon Mobil, ConocoPhillips, Inpex Corporation, Chevron Pacific Indonesia, Total E&P Indonesia dan BP. Selain itu, juga hadir Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beserta jajaran dan Kepala Satuan Kerja Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto beserta jajaran.

Luhut mengatakan, tujuan pem‎anggilan produsen migas kelas kakap tersebut untuk mengidentifiksi peningkatan produksi migas. Pasalnya, saat ini produksi migas siap jual (lifting migas) terus mengalami penurunan. 

"Kami minta mereka mengidentifikasi bagaimana langkah untuk menaikkan lifting migas. Sekarang ini kan 800 ribu barel per hari turun ke 700 ribu barel per hari, cenderung akan turun lagi," kata Luhut, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (2/12/2019).

Luhut pun meminta seluruh pihak yang dipanggil ke kantornya membuat perencanaan meningkatkan produksi minyak hingga 1 juta barel, salah satunya dengan menggunakan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR).

"Saya minta pada mereka untuk segera membuat planning, bagaimana menggunakan EOR untuk meningkatkan bisa 1 juta lagi produjsi migas kita untuk berapa tahun ke depan," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya