BPTJ Catat 88 Juta Pergerakan Masyarakat Jabodetabek per Hari

Pada 2019, BPTJ mencatat ada peningkatan masyarakat yang beralih ke transportasi massal.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Des 2019, 17:22 WIB
Calon penumpang KRL Commuter Line menanti waktu pemberangkatan di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/8/2019). Ratusan calon penumpang KRL Commuter Line tertumpuk di Stasiun Bogor akibat terjadi pemadaman listrik di Jakarta dan sebagian Jawa Barat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam satu hari, Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mencatat ada 88 juta pergerakan masyarakat di kawasan Jabodetabek. Peningkatan signifikan ini terlihat bila dibandingkan dengan catatan BPTJ pada 2015 yang hanya 47,5 juta pergerakan masyarakat.

Tingginya pergerakan masyarakat ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang melahirkan tingkat kemacetan di berbagai wilayah. Upaya memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke transportasi massal pun tersandung ketersedian moda transportasinya. Saat ini pemerintah hanya mampu menyerap 10 persen dari kebutuhan yakni 8,8 juta perjalanan.

Meski begitu di 2019, BPTJ  mencatat ada peningkatan masyarakat yang beralih ke transportasi massal. Ini terlihat dari adanya peningkatan modal share yang semula hanya 20 persen, kini menjadi 32 persen. Kecepatan rata-rata angkutan umum juga mengalami peningkatan dari angka 12 persen jadi 22,86 persen.

"Ini terjadi setelah adanya penerapan sistem ganjil genap," kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono dalam Jumpa Pers Paparan Akhir Tahun BPTJ di Jakarta, Senin (2/12).

Namun, penerapan kebijakan ganjil genap bukan solusi terbaik. Pemerintah harus mengubah gaya hidup masyarakat dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi massal.

Dalam rangka mewujudkannya, Bambang juga mengklaim pihaknya telah menyediakan angkuta umum sampai 67 persen dari kawasan Jabodetabek. Pengembangan layanan angkutan perkotaan dilakukan dengan tiga model angkutan umum.

Pertama, JR Connexion yang telah memiliki 27 trayek dengan 87 armada yang bekerja sama dengan 7 perusahaan. Kedua, transjabodetabek yang memiliki 58 trayek dengan 1088 armada yang bekerja sama dengan 19 perusahaan. Ketiga, JA Connection memiliki 45 trayek dengan 462 armada yang bekerja sama dengan 6 perusahaan.

Saat ini BPTJ sedang melakukan pengembangan simpul prasarana transportasi. Ada 4 terminal yang dikembangkan menjadi tipe A. Terminal Jatijajar di Depok, Terminal Baranangsiang di Kota Bogor, Terminal Pondok Cabe di Tanggerang Selatan dan Terminal Porisplawad di Tanggerang. Keempat terminal tipe A ini akan dikembangkan selaiknya pengembangan bandara.

"Keempat terminal ini sudah menyediakan trayek ke Jawa Barat,  Jawa Timur, Madura, Bali maupun Surabaya dan ke Lampung," kata Bambang.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kerja Sama dengan Grab dan Lorena

Doc: Instagram.com

Di tahun depan, BPTJ menargetkan akan 35,6 persen peningkatan modal share angkutan umum perkotaan. Caranya dengan melakukan Pengembangan Park and Ride yang melibatkan partisipasi swasta. Lalu adanya pilot project pengembangan layanan First Mile dan Last Mile yang bekerjasama antara Grab dan Lorena.

Selanjutnya memanfaatkan angkot non-trayek menggunakan aplikasi TRON dengan pilot project di Kota Bekasi. Terakhir melakukan integrasi antar moda.

Tak hanya itu, dalam mencapai targetnya, BPTJ juga melakukan kampanye hijau yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Kampanye ini mendorong masyarakat untuk berjalan sebanyak 6000 langkah setiap hari.

Dia menyarankan para pengguna transportasi massal tidak menggunakan jasa ojek online melainkan jalan kaki menuju tempat bekerja dari stasiun atau halte terdekat. Apalagi Pemprov DKI Jakarta telah merombak pedestarian.

"Sekarang ini yang ramai di jalan, kalau pedestarian masih sepi," kata Bambang.

Hal ini perlu segera dilakukan agar pedestarian tidak diokuvasi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya