Memberdayakan Perempuan Lewat Pengolahan Sampah

Bahwa pengolahan sampah membuat para perempuan bisa sedikit membantu perekonomian keluarga.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Nov 2019, 15:04 WIB
Pekerja memilah sampah plastik di pabrik pengolahan kawasan Kapuk, Cengkareng, Jakarta, Selasa (17/9/2019). Pabrik membeli sampah plastik dari para pemulung dengan harga Rp 3.000 per Kg. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Membuat para perempuan lebih berdaya bisa dilakukan lewat ragam sektor, tak terkecuali pengolahan sampah. Membalikkan citra perempuan sebagai semata pembuang sampah jadi semangat di balik pemberdayaan yang dilakukan komunitas lingkungan, Sarana Olah Sampah (SOS).

Pemberdayaan ini dilakukan lewat bank sampah yang dikelola SOS, di mana para perempuan mengumpulkan dan nantinya mengolah sampah. "Bisa mereka bawa dari rumah sendiri atau kumpulkan dari wilayah sekitar, termasuk sekolah,"  tutur salah satu pengurus SOS Muhliatun di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 23 November 2019.

Peran dalam pengolahan sampah disebut Muhliatun sebagai salah satu cara jitu dalam meredam kemungkinan kekerasan menimpa perempuan di rumah tangga karena sektor ekonomi.

"Dari pengolahan sampah, pemilahan sampah, nanti yang dikumpulkan ditimbang, terus ibu-ibu bisa dapat uang. Jadi, punya tabungan sendiri, punya simpanan uang yang sedikit bisa bantu keluarga," paparnya.

Di samping, secara otomatis, upaya pemberdayaan ini membuat para perempuan aktif terlibat dalam pengolahan sampah yang lebih baik. "Mereka jadi punya sesuatu yang lebih dibanggakan ketimbang sehari-hari cuma ngobrol sana-sini," kata Muhliatun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ubah Pola Pikir

Juru Bicara PGE unit Karaha Asmaul Khusna nampak antusias mengikuti pelatihan pengolahan sampah rumah tangga bersama seluruh peserta pelatihan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Perlibatan perempuan dalam pengolahan sampah jadi salah satu strategi SOS untuk mengubah mindset warga sekitar. "Kampung tematik tidak hanya soal penghijauan, tapi juga bagaimana bisa mengolah sampah dengan baik," katanya.

"Kami berangkat dari penanganan sampah organik. pengangkutan sampah, pemilahan sampah, sampai penyuluhan ke sekolah-sekolah. Satu rumah-dua rumah diedukasi bahwa sampah itu bisa jadi uang," sambung Muhliatun.

Selain uang sebagai ganti dari sampah yang diserahkan, SOS memberi reward berbeda bagi anak-anak. "Kalau anak-anak, misal bawa sampah botol pastik, kami ganti pulpen. Kalau uang, nanti dibuat jajan es, akhirnya berujung sampah plastik lagi," tuturnya.

Muhliatun menyambung, pihak SOS siap membantu pihak pemerintah maupun swasta dalam pengolahan sampah dan ragam penanganan terkait isu lingkungan.

"Kayak daur ulang popok bayi yang sudah kami lakukan bersama PT Softex Indonesia," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya