Ulat Berumur 44 Juta Tahun Ditemukan Peneliti Jerman, Begini Penampakannya

Sebuah jurnal mengungkap penemuan ulat berumur 44 juta tahun oleh peneliti Jerman.

Oleh DW.com diperbarui 26 Nov 2019, 08:02 WIB
Ulat Grayak Jagung (Fall Armyworm) asli Amerika sedang menghantui ladang jagung Indonesia sejak Maret 2019. (Dok FAO Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Makalah yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports mengungkap penemuan langka. Jurnal itu mengungkap penemuan ulat berumur 44 juta tahun oleh peneliti Jerman.

Hewan tersebut adalah ulat pertama dari jenisnya yang ditemukan di ambar Baltik, menurut para peneliti dari Zoologische Staatssammlung München. Ambar Baltik banyak ditemukan di sepanjang pantai di Laut Baltik serta Laut Utara.

Sementara, dikutip dari DW, Selasa (26/11/2019), wilayah penghasil ambar terbanyak selama berabad-abad adalah Tanjung Sambia atau Samland, serta pantai di sekitar Königsberg di Prusia, yang sejak 1945 menjadi bagian dari Rusia.

Larva 5-milimeter telah diberi nama Eogeometer vadens bagian dari keluarga kupu-kupu Geometridae, yang terdiri dari sekitar 23.000 spesies berbeda.

Para ilmuwan mengatakan, ulat kecil itu kemungkinan terperangkap dalam setetes resin pohon, yang akhirnya mengeras menjadi ambar dan mengkonservasi struktur unik ulat itu selama jutaan tahun.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Fosil Kupu-Kupu

Sebuah jurnal mengungkap penemuan ulat berumur 44 juta tahun oleh peneliti Jerman. (DW)

"Temuan ulat dalam ambar jarang terjadi, dan ini adalah fosil kupu-kupu besar pertama yang ditemukan di ambar Baltik," kata peneliti Axel Hausmann.

"Ini mungkin karena aktivitas nokturnal dari kebanyakan ulat," tambahnya. Hewan nokturnal adalah hewan yang tidur pada siang hari dan aktif pada malam hari. Resin cenderung lebih dekat dengan cairan saat terkena sinar matahari langsung atau di siang hari.

Tidak seperti kebanyakan spesies kupu-kupu lainnya, ulat Geometridae hanya memiliki dua atau tiga pasang kaki, bukan lima pasang. Ini berarti mereka bergerak maju dengan gaya berjalan yang tidak biasa.

Para peneliti mengatakan fosil ini akan memberikan wawasan tentang proses evolusi selama periode Eosen, sekitar 34-56 juta tahun yang lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya