Mesir Akan Luncurkan Satelit Komunikasi Pertama

Satelit bernama Tiba-1 itu akan diluncurkan menggunakan roket Arianespace dari Guinea Prancis.

oleh M Hidayat diperbarui 22 Nov 2019, 17:00 WIB
Ilustrasi satelit (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Mesir akan meluncurkan satelit komunikasi pertamanya pada hari ini.

Langkah ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan infrastruktur komunikasi. Selain itu, langkah ini juga diharapkan akan menarik investor dari luar.

"Satelit ini akan menyediakan Mesir jaringan komunikasi paralel, yang melengkapi jaringan darat yang sudah ada saat ini, dan infrastruktur telekomunikasi yang kuat," kata Mohamed Elkoosy, Direktur Eksekutif Badan Antariksa Mesir, dikutip dari Reuters, Jumat (22/11/2019).

Pertumbuhan ekonomi, kata Elkoosy, juga "tergantung pada jaringan komunikasi yang kuat."

Lebih lanjut disebutkan bahwa satelit berbobot 5,6 ton itu merupakan hasil kerja sama antara Airbus dan Thales Alenia Space (TAS). Rencananya satelit itu akan mengorbit sekitar 15 tahun.

Satelit bernama Tiba-1 itu akan diluncurkan menggunakan roket Arianespace dari Guinea Prancis. Untuk pengoperasiannya, Badan Antariksa Mesir memiliki sebuah pusat kendali di Kairo.

2 dari 2 halaman

Satelit Satria Bakal Meluncur dengan Roket Falcon 9

Roket Falcon 9 milik SpaceX tampak sebelum peluncuran hari Minggu, yang mengangkut 10 satelit lagi milik Iridium Communications, dari Pangkalan AU Vanderberg, California, 25 Juni 2017. (SpaceX/AP)

Diwartakan sebelumnya, Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif, mengungkapkan konsorsium Pasifik Satelit Nusantara (PSN) telah memilih roket peluncur Falcon 9 milik Space-X untuk meluncurkan Satelit Indonesia Raya (Satria).

Satelit ini ditargetkan meluncur ke orbit pada akhir 2022. Peluncurannya kemungkinan besar akan digelar di Florida, AS.

"Roket peluncurnya sudah diputuskan buatan Amerika, Space X, yaitu Falcon 9. PSN sebagai mitra kami juga sudah menetapkan satelit yang akan dipakai adalah buatan Prancis, Thales Alenia Space. Sudah dipastikan dua kombinasi ini yang akan kita pakai untuk mendukung Satria," kata Anang di Jakarta, Kamis (22/8/2019).

Pembangunan satelitnya, kata Anang, sudah dimulai sejak pertengahan tahun ini. Prosesnya akan berlangsung selama 36 bulan dan ditargetkan rampung pada pertengahan 2022. Satria diharapkan bisa mulai beroperasi untuk mendukung konektivitas layanan publik pada 2023.

"Pembangunannya cukup rumit karena ini kan berteknologi tinggi dan kira-kira butuh 36 bulan untuk selesai. 150Gbps ini (kapasitas) merupakan satelit pertama di Asia yang sebesar ini. Sejauh ini, targetnya masih oke," ujar Anang.

(Why/Isk)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya