Penumpang Kapal saat Natal dan Tahun Baru Diprediksi Capai 1,19 Juta Orang

Lonjakan penumpang diprediksi terjadi pada 21 Desember pada periode pra-natal serta 28 Desember pada periode natal dan tahun baru.

oleh Athika Rahma diperbarui 21 Nov 2019, 11:07 WIB
Ratusan penumpang menumpuk menunggu kedatangan kapal laut yang akan keluar Jawa Timur di Dermaga Gapura Surya Nusantara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (30/5/2019). PT Pelindo III memprediksi puncak arus mudik keluar Jawa Timur tgl 1 Juni 2019. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyampaikan prediksi lonjakan penumpang pada natal 2019 dan tahun baru 2020.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Wisnu Handoko memperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penumpang sebesar 1.191.786 orang atau sekitar 1,84 persen dari tahun sebelumnya.

"Kami mengantisipasi adanya lonjakan penumpang melihat dari tren tahun sebelumnya, sehingga diperlukan kesiapan agar perjalanan aman dan selamat," ujar Wisnu dalam Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Laut Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Lonjakan penumpang diprediksi terjadi pada 21 Desember pada periode pra-natal, 28 Desember pada periode natal dan tahun baru dan 4 Januari 2020 periode pasca tahun baru.

Untuk mengantisipasi jumlah lonjakan tersebut, Ditjen Perhubungan Laut telah menyiapkan 1.293 kapal dengan kapasitas sebanyak 3.415.838 penumpang.

Selain itu, Ditjen Perhubungan Laut juga akan melaksanakan pemantauan dengan menggelar Posko Penyelenggaraan Angkutan Laut Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 mulai tanggal 18 Desember 2019 sampai dengan 8 Januari 2020 di seluruh pelabuhan di Indonesia

"Terdapat 51 pelabuhan yang akan dipantau untuk melihat perkembangannya dari tahun ke tahun," imbuh Wisnu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Langkah Antisipasi KAI Hadapi Lonjakan Penumpang di Natal dan Tahun Baru

Sejumlah pemudik membawa barang bawaan mereka setibanya di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Sabtu (8/6/2019). Volume penumpang arus balik melalui moda transportasi kereta api di stasiun Stasiun Senen mengalami lonjakan pada H+3 Lebaran. (merdeka.com/Imam Buhori)

PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan sejumlah persiapan, untuk mengantisipasi lonjakan penumpang saat libur Natal dan tahun baru. 

Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI‎) Edi Sukmoro mengatakan, KAI antara lain telah menerjunkan petugasnya untuk melakukan inspeksi jalur kereta. Langkah ini demi meminimalisir ganggguan perjalanan. 

"Pertama akan dipersiapkan inspeksi di jalur utara maupun selatan," kata Edi, di Jakarta, Senin (11/11/2019). 

KAI juga telah menyiapkan stasiun dan prasarana, untuk mengantisipasi peningkatan penumpang saat libur Natal dan tahun baru. "Kesiapan stasiun-stasiun dan prasarananya‎," ujarnya. 

Jumlah penumpang kereta api, saat libur Natal dan tahun baru diperkirakan naik hingga 4 persen dari kondisi normal. Kenaikan ini menyesu‎aikan ketersediaan jumlah tempat duduk.

"Karena ketersediaan tempat duduk yang buat kenaikan," tandasnya. 

KAI juga tengah mengkaji penerapan sistem pentarifan baru dengan menggunakan mekanisme Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB) layaknya maskapai.

Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo mengatakan jika sekarang masyarakat memesan tiket kereta dari jauh-jauh hari dengan go show harganya sama, nanti hal ini akan berbeda.

"Nanti orang beli tiket 30 hari dengan 15 hari atau 5 hari itu harganya beda," kata Didiek.

Kebijakan ini diambil berdasarkan kajian dari KAI dimana penumpang yang membeli tiket dari jauh-jauh hari jumlahnya dibawah 50 persen.

Atas kajian ini pula, KAI juga telah mengubah mekanisme pemesanan tiket kereta dari yang sebelumnya 90 hari sebelum keberangkatan kini menjadi 60 hari sebelum keberangkatan.

"Karena kita kaji, orang yang beli tiket 90 hari sebelum itu tidak ada 50 persen, sehingga para penumpang maunya 30 hari sebelum. Senengnya yang mendadak-mendadak gitu," pungkas Didiek.

Hanya saja, kapan kebijakan pentarifan ini diberlakukan, Didiek masih belum bisa memastikannya.

3 dari 3 halaman

KAI Bakal Perbanyak Lokomotif Gunakan B20

Sejumlah penumpang berada dalam kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (16/4). PT KAI Daop 1 Jakarta mengoperasikan 11 KA tambahan guna mengantisipasi melonjaknya penumpang pada libur panjang akhir pekan ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) akan memodernisasi lokomotif dan genset yang ramah lingkungan. Saat ini, setidaknya ada 36 unit lokomotif yang sudah dipesan untuk menggantikan lokomotif yang usianya sudah di atas 30 tahun.

Direktur Keuangan Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengatakan, ‎KAI berkomitmen membangun industri transportasi yang sehat dan ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar yang minim emisi.

Yang sudah dilakukan KAI saat ini, yaitu melalui pencampuran biodiesel 20 persen (B20). Upaya ini juga sesuai dengan program pemerintah.

"Green energy ready. Artinya teknologinya sudah siap B20 sesuai program pemerintah. Kereta kita akan kita modernisasi. Ke depan kereta kita enggak ada lokomotifnya (terpisah-pisah), sudah tersambung. Kita ke depan green energy kita ganti genset," kata Didiek, di Jakarta, Senin (11/11/2019).

Sementara itu, Direktur Utama KAI‎ Edi Sukomoro mengungkapkan pembelian lokomotif tersebut merupakan bagian dari program penggantian kereta yang usianya sudah di atas 30 tahun. Jumlahnya mencapai 672 unit di seluruh Indonesia.

Penggantian kereta tersebut dilakukan bertahap. Sebelumnya sudah ada 300 kereta yang selesai dipesan. KAI pun telah menerbitkan obligasi dengan target Rp 2 triliun. Porsi peremajaan kereta tersebut dari obligasi tahap ke II 2019 sebesar Rp 800 miliar.

‎"Kita berharap dalam obligasi ini yang kedua kalinya nanti akan digunakan untuk meremajakan kereta-kereta yang memang usianya sudah 30 tahun ke atas," katanya.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya