BNPT: Tren Teroris Sekarang Sudah Berubah

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mengatakan, tren teroris yang terpapar paham radikalisme sudah berubah.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 16 Nov 2019, 13:28 WIB
Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris (Liputan6/Putu Merta)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mengatakan, tren teroris yang terpapar paham radikalisme sudah berubah.

"Tren baru sekarang, kalau dulu dengan laki-laki, suami yang ikut, dan tidak membawa banyak pengaruh membawa anak dan istri. Tapi trennya sekarang, sejak Sibolga, Surabaya, kemudian seperti Eselon IV Kementerian Keuangan, kemudian Eselon II Batang, yang terpengaruh kuat adalah istrinya. Istrinya ajak anaknya. Anaknya ajak bapaknya," ucap Irfan dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta, Sabtu (16/11/2019).

Dia menuturkan, melihat latar belakang yang terpapar radikalisme, bukan semata karena faktor ekonomi.

"Jadi faktor ekonomi bukan tunggal. Jadi kalau alasannya ekonomi, Eselon II Batang aja sudah sejahtera. Eselon IV Kementerian Keuangan, bahkan S2 Flinders University, ditemukan di Suriah dengan 5 gadisnya berjuang," ungkap Irfan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Banyak Faktor

Dia menyebut, banyak faktornya orang menjadi teroris. Meski menyebutkan faktor ekonomi tidak tunggal, kebanyakan di Indonesia dibungkus akan hal ini.

"Kalau di negara-negara lain bukan faktor ekonomi, tapi di negara kita kemasannya lebih banyak faktor ekonomi tetapi lebih benar dikemas tafsiran agama, dengan jihad diarahkan satu makna, tafsiran hijrah diarahkan satu makna, tafsiran thogut diarahkan satu makna. Dan tafsiran kafir itu dipaksakan ke semua orang, bukan hanya polisi," pungkasnya.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya