Konsumsi Rumah Tangga di Semester II Diprediksi Melambat

DBS Group Research memperkirakan daya beli konsumen pada semester II 2019 tidak akan sekuat seperti semester I

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Sep 2019, 14:20 WIB
Meriahkan HUT RI Ke-72, Mendag-Menpar Luncurkan Hari Belanja Diskon Indonesia (iStock Photo)

Liputan6.com, Jakarta - DBS Group Research memperkirakan daya beli konsumen pada semester II 2019 tidak akan sekuat seperti semester I. Sebab, daya beli masyarakat di semester I didukung oleh pemilihan umum yang jatuh pada April dan Lebaran pada Juni 2019. Kedua peristiwa ini menjadi pendorong perekonomian pada semester I.

Di semester II, pertumbuhan konsumi akan sedikit melambat dibanding semester I karena rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah. Konsumsi di luar Jawa ada kemungkinan akan terpengaruh oleh turunnya harga komoditas, seperti harga minyak kepala sawit (CPO) dan batu bara.

Analis DBS Group Research David Arie Hartono, Andy SIM, dan Cheria Christi Widjaja, dalam riset Indonesia Consumer yang dirilis pada Agustus 2019, menyebutkan bahwa turunnya harga komoditas CPO dan harga produk pertanian lainnya akan berdampak terhadap daya beli masyarakat di semester II. Industri-industri yang berbasis komoditas pertanian menyumbang sepertiga dari total lapangan kerja di Tanah Air.

“Berakhirnya pemilihan presiden, yang berkaitan erat dengan belanja pemerintah, seperti bantuan sosial dan bantuan dana tunai, berakhirnya Lebaran, serta melemahnya harga komoditas, khususnya CPO dan batu bara, menyebabkan belanja konsumsi sedikit melambat,” tulis mereka dalam keterangannya, Jumat (27/9/2019).

Namun, konsumsi di semester terakhir tahun itu tidak akan turun secara signifikan karena ada faktor pemberian bonus dan gaji ke 13 bagi aparatur sipil negara (ASN) pada bulan Mei 2019.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Pasar Ketenagakerjaan Cukup Kuat

Buruh atau pekerja perempuan di sebuah pabrik di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pasar ketenagakerjaan cukup kuat dengan berlanjutnya proyek-proyek pemerintah, tren kenaikan upah pekerja konstruksi, serta turunnya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi 5 persen pada Februari 2019.

Pasca Lebaran dan pemilihan presiden, DBS Group Research berharap pertumbuhan konsumsi tetap akan positif , terutama karena tidak adanya hari libur nasional dan peristiwa-peristiwa politik.

Para retailer yang menargetkan kelas menengah ke atas bisa memanfaatkan kelompok yang memiliki pendapatan lebih stabil ini. Kelompok ini biasanya banyak membelanjakan uangnya untuk pakaian, meskipun tidak ada acara-acara yang tidak biasa.

‘Indonesia Great Sale’, yang diselenggarakan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di 321 mal di Tanah Air selama 14-25 Agustus 2019 untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, menjadi katalis positif bagi pertumbuhan konsumsi di semester II.

 

3 dari 3 halaman

Harbolnas

Lazada resmi luncurkan kampanye 11.11 untuk sambut HARBOLNAS sebentar lagi. (Foto ilustrasi: pixabay.com)

Aprindo menargetkan transaksi dalam ‘Indonesia Great Sale’ bisa mencapai Rp 35 triliun. DBS Group Research berpendapat kegiatan yang memberikan diskon hingga 74 persen itu bisa memberikan katalis kepada seluruh perusahaan ritel di kuartal III, karena bisa memberikan stimulus berbelanja pasca Lebaran. Natal juga bisa meningkatkan belanja di kuartal IV.

“Perusahaan-perusahaan ritel bisa meningkatkan penjualan mereka selama masa-masa ini, tapi penjualan online dapat menjadi ancaman karena penjualan mereka juga bisa saja meningkat lewat program ‘Hari Belanja Online Nasional’ (Harbolnas) yang jatuh di bulan Desember.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya