Jokowi: 141 Juta Penduduk Indonesia Bakal Naik Kelas di 2020

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan jumlah orang kaya di Indonesia akan semakin banyak di tahun 2020.

oleh Bawono Yadika diperbarui 16 Sep 2019, 12:19 WIB
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka Musyawarah Nasional XVI HIPMI di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (16/9/2019). Munas tersebut bertemakan Melanjutkan Peran HIPMI sebagai Lokomotif Pembangunan Ekonomi Berkeadilan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan orang kaya di Indonesia akan semakin banyak di tahun 2020.

Kata dia, sebanyak 141 juta penduduk Indonesia akan naik kelas disebabkan revolusi konsumen, yaitu semakin kayanya kaum middle class dan diikuti konsumsi yang semakin meningkat.

"2020 kita akan mengalami revolusi konsumen dimana 141 juta penduduk middles-nya akan naik kelas dan consumers. Ini bukti ada revolusi konsumen di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Senin (16/9/2019).

Dengan kenaikan kelas ini, Indonesia akan menjadi semakin atraktif untuk para investor dimana secara market, pasar Indonesia akan semakin meluas.

"Kita akan semakin menarik untuk investasi global, apalagi dengan situasi perekonomian yang melambat seperti ini. Ini jadi magnet konsumen," ujar Jokowi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Tantangan Indonesia

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersalaman dengan Ketum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Bahlil Lahadalia (kedua kanan) usai memainkan alat musik khas Papua selama Musyawarah Nasional XVI HIPMI di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (16/9/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tetapi, tantanganya bagi Indonesia ialah bagaimana memanfaatkan momentum revolusi konsumen ini agar menjadi 'negara yang memproduksi' bukan menjadi 'bangsa konsumen' saja.

"Revolusi konsumen jadi model untuk meningkatkan daya saing kita. Namun jangan sampai kita jadi bangsa yang konsumtif harus jadi bangsa produsen," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Jokowi: Ekonomi Dunia sedang Tidak Ramah

Presiden Joko Widodo didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Kepala BKPM Thomas Lembong meninjau layanan konsultasi Online Single Submission (OSS) BKPM di PTSP BKPM, Jakarta, Senin (14/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo mengatakan, saat ini ekonomi dunia sedang tidak ramah. Beberapa negara di dunia tengah mengalami kemunduran ekonomi bahkan sampai ada yang mengalami resesi. Hal tersebut disampaikan dalam Konferensi Organisasi Insinyur se-ASEAN.

"Ekonomi dunia saat ini sedang tidak ramah. Beberapa negara mengalami kemunduran ekonomi. Bahkan ada negara mulai mengalami resesi ekonomi," ujarnya di JIexpo, Jakarta, Rabu (11/9).

Presiden Jokowi melanjutkan, melihat kondisi ini negara-negara di ASEAN harus mampu membentengi diri dari segala kemungkinan yang mampu mengguncang ekonomi.

"Kita harus mampu membentengi diri untuk tetap tumbuh stabil dan keberlanjutan. Kita harus berusaha memanfaatkan kemunduran di beberapa kawasan sebagai peluang untuk kita bisa melompat ke depan," jelasnya.

Untuk mengantisipasi hal ini, dia juga meminta seluruh negara ASEAN mengembangkan inovasi dan terobosan baru. Sehingga mampu memanfaatkan peluang ekonomi dunia yang sedang sulit.

"Tidak ada cara lain selain kita harus selalu mengembangkan inovasi dan melakukan terobosan. Sehingga dalam situasi ekonomi dunia yang sedang sulit seperti sekarang ini justru menjadi peluang bagi kita di ASEAN untuk berkembang lebih cepat," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Kekuatan Ekonomi Dunia

Presiden Joko Widodo bersiap memberikan keterangan terkait revisi UU KPK di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/9/2019). Jokowi juga mendukung pembentukan Dewan Pengawas KPK dari unsur akademisi atau aktivis anti korupsi yang akan diangkat langsung oleh Presiden. (Liputan6.com/HO/Kurniawan)

Dengan jumlah penduduk sekitar 600 juta, ASEAN merupakan sebuah kekuatan besar ekonomi dunia. ASEAN telah membuktikan diri sebagai kawasan yang aman, stabil, pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan.

"Untuk tumbuh besar lagi maka kita butuh sinergi lebih banyak lagi. Namun negara-negara ASEAN harus saling membantu satu dengan yang lainnya termasuk di antara insinyur yang ada," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya