Malaysia Masuk Negara Berpendapatan Menengah ke Atas, Indonesia Kapan?

Menurut Sri Mulyani, ada enam syarat yang perlu pemerintah lakukan guna mencapai Indonesia besar pada 2045.

oleh Bawono Yadika diperbarui 12 Sep 2019, 12:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan pada Seminar Nasional Nota Keuangan RAPBN 2020 : Mengawal Akuntabilitas Penerimaan Negara di Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2019). Sri Mulyani menjelaskan kondisi ekonomi global diselimuti awan hitam. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjabarkan tantangan dan strategi sektor keuangan Indonesia menuju lima besar dunia pada 2045. Menurut Sri Mulyani, ada enam syarat yang perlu pemerintah lakukan guna mencapai Indonesia besar pada 2045.

Pertama ialah infrastruktur, kedua kualitas sumber daya manusia (SDM), dan ketiga pengayaan inovasi dan teknologi.

"Keempat perbaikan birokrasi pemerintah, kelima pengelolaan tata ruang wilayah serta keenam sumber daya ekonomi dan keuangan lewat APBN sehat," ujarnya di Jakarta, Kamis (12/9/2019).

Dia melanjutkan, enam fokus aspek tersebut penting guna meningkatkan daya saing nasional. Produktivitas harus ditingkatkan untuk mampu mengejar level index GCI.

"Indonesia kalah dari 2 negara seperi Korea Selatan (Korsel) yang sudah sangat advance yang sudah bisa motong garis kemiskinan dan masuk higher income country. Malaysia sudah upper middle income country," ujarnya.

"Namun jangan lupa, Korsel juga pernah mengalami krisis seperti kita pada 1997-1998. Bahwa tidak ada yang bisa menjamin di tengah perekonomian everything is gonna be a smooth and safe, there's always dinamics that we need to be adressed," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Malaysia, Brasil, dan Rusia

Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri), Panji Irawan menyebutkan meskipun tantangan ekonomi global semakin besar, namun stabilitas ekonomi nasional dinilai masih terjaga. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging markets (negara berkembang) lainnya.

Dia mengungkapkan pada kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,05 persen, sementara pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen.

"Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I dan II memang di bawah ekspektasi banyak pihak. Namun, kita masih harus bersyukur karena pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging markets lainnya," kata dia, dalam acara Economic Outlook 2019, di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/9/2019). 

Dia mengungkapkan, Turki pada kuartal II 2019 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif atau terkontraksi sebesar 1,5 persen (year on year), menyusul pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2019 yang juga terkontraksi yaitu 2,4 persen.

"Selain itu, beberapa negara berkembang lainnya pada saat yang bersamaan juga mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia, antara lain Malaysia yang tumbuh 4,9 persen, Thailand 3,7 persen, Brasil 1,01 persen, dan Rusia 0,9 persen," ujarnya.

Selain itu, keseimbangan ekonomi internal yaitu inflasi, dan keseimbangan ekonomi eksternal yaitu kurs rupiah juga masih terjaga.

"Tingkat harga-harga umum atau inflasi masih terkendali. Laju inflasi bulanan pada bulan Agustus tercatat sebesar 3,49 persen. Angka ini masih dalam rentang target Bank Indonesia yang sebesar 3,5±1 persen," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya