Storynomic Tourism, Cara Menjual Wisata Daerah dengan Cerita

Storynomic Tourism akan diterapkan di lima kawasan destinasi super prioritas, meliputi Danau Toba, Borobudur, Manado, Mandalika, dan Labuan Bajo.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 26 Agu 2019, 14:00 WIB
Paradise Bar and Cafe menjadi salah satu tempat yang tepat bagi wisatawan yang ingin menyaksikan sihir keindahan pemandangan matahari terbenam Labuan Bajo. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru mengatakan pemerintah daerah perlu mengembangkan konsep Storynomic Tourism yaitu pendekatan komunikasi pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, serta menggunakan kekuatan budaya.

"Konsep ini sangat menarik, seharusnya setiap daerah dapat mengembangkan konsep ini untuk makin memajukan lagi sektor pariwisata," katanya di Purwokerto, Banyumas, Senin (26/8/2019) dilansir Antara.

Ia menjelaskan konsep ini awalnya digagas oleh Tim Quick Win dan akan diterapkan di lima kawasan destinasi super prioritas, meliputi Danau Toba, Borobudur, Manado, Mandalika, dan Labuan Bajo. Konsep tersebut diharapkan dapat mengakselerasi percepatan pembangunan sektor pariwisata di daerah-daerah.

"Storynomic tourism merupakan metode komunikasi pariwisata dengan menceritakan destinasi dan objek wisata di daerah, dikemas dengan konten yang menarik tentang sejarah, seni budaya, alam, kerajinan, maupun kulinernya," katanya.

Menurut dia, hampir semua daerah di Indonesia memiliki potensi wisata yang menarik. Namun belum semua dinarasikan secara baik kepada wisatawan.

"Akibatnya banyak wisatawan tidak memperoleh pengetahuan dan pengalaman berwisata, serta tidak dapat memberikan testimoni kepada orang lain," katanya.

Dia menambahkan panorama alam yang indah, baik berupa gunung, laut, sungai, maupun danau punya sejarah dan seni budaya yang melingkupinya.

"Pakaian, tarian, dan makanan tradisional suatu daerah juga memiliki makna dan fungsi dalam kehidupan masyarakatnya. Itu semua perlu diceritakan kepada wisatawan, agar wisatawan mendapat nilai tambah dari kunjungan wisatanya," katanya.

Konten strorynomic tourism, kata dia, bisa dikemas secara digital melalui media sosial, maupun dinarasikan secara konvensional lewat pemandu wisata.

"Oleh sebab itu, diperlukan sumber daya manusia yang memahami latar belakang sejarah objek wisata dan mampu menceritakannya kepada wisatawan dengan narasi yang menarik," katanya.

Sementara itu, dia juga berharap pada masa mendatang akan makin banyak pemerintah daerah yang mengembangkan konsep Storynomic Tourism tersebut di wilayahnya masing-masing.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya