Dahaga Demokrat Duduk di Kabinet

Sempat malu-malu, kalangan muda di Demokrat akhirnya buka suara, bahwa opsi merapat adalah pilihan realistis partainya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 14 Agu 2019, 13:18 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kanan) bertemu dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/5/2019). Jokowi dan AHY bertemu untuk membahas kondisi politik pasca-Pemilu 2019. (Liputan6.com/HO/Setkab/Oji)

Liputan6.com, Jakarta Nyaris lima tahun susunan pemerintahan tak dihiasi kader-kader Demokrat. Tak seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menahan 10 tahun untuk berada di luar, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY itu memilih untuk merapat. Berharap duduk di kabinet?

Partai berlambang bintang mercy itu terang-terangan akan merapat ke Joko Widodo atau Jokowi. Sempat malu-malu, kalangan muda di Demokrat akhirnya buka suara, bahwa opsi merapat adalah pilihan realistis partainya.

"Jadi kalau ditanya ke mana arah politik partai Demokrat ya arahnya adalah untuk memperkuat pemerintahan Pak Jokowi ke depan," kata Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Demokrat Ferdinand Hutahaean, Senin 12 Juli 2019 kemarin.

Ferdinand mengungkapkan, keputusan tersebut belum final diputuskan partainya. Namun, dia optimistis bahwa langkah itu akan diambil Demokrat dan akan diumumkan secara resmi. Tinggal diumumkan saja.

Berbeda dengan kelompok kalangan muda, beberapa kalangan senior Demokrat rupanya masih malu-malu mengakui rencana partainya merapat ke kuasaan. Sebut saja Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan.

"Memang mayoritas memang ya sih ingin ya bergabung, dengan catatan ya kalau memang chemistry dan kebersamaan ya bisa dibangun," kilah Syarief.

Menurut Syarif, sikap politik tersebut akan diputuskan melalui rapat Majelis Tinggi partai yang dipimpin langsung SBY.

"Keputusan partai kalau resmi itu melalui majelis tinggi. Gitu loh. Dan nanti akan disampaikan secara resmi," ungkap Syarief.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Sambutan Dingin

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kanan) berbincang dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Kedatangan AHY untuk bersilaturahmi dengan Jokowi. (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Meski sudah terang-terangan menyampaikan, parpol koalisi pendukung Jokowi tampaknya menyambut dingin keinginan partai yang didominasi warna biru tersebut. Langkah merapat ke pemerintah jelas terbaca bahwa Demokrat mengincar kursi kabinet.

"Sepertinya semua partai politik yang mau gabung ke pemerintah saat ini pasti punya keinginan join di kabinet," kata politisi NasDem Irma Suryani.

Meski demikian keputusan bergabung tidaknya Demokrat di Kabinet itu berasal di tangan Jokowi. Serta masukan dari seluruh parpol pendukung di Pilres 2019.

"Keputusan menerima dalam KIK atau tidak akan diputuskan oleh presiden dengan pertimbangan partai-partai koalisi tentu," jelas Suryani.

Senada, PDIP pun menilai langkah Demokrat merapat ke pemerintahan karena ada maksud mengincar kue kabinet.

"Pernyataan ini juga bisa diartikan bahwa PD ingin mendukung pemerintahan Jokowi-Maruf, tentu dengan harapan ada power sharing dalam kabinet nanti," jelas politikus PDIP, Andreas Hugo Pareira.

Dia menyayangkan bahwa Demokrat menyatakan sekarang ingin bergabung. Bukan sebelum Pemilu 2019.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya