Pemred Malaysiakini: Kebebasan Pers di Indonesia jadi Acuan Jurnalis Malaysia

Penerapan Beleid Pers di Indonesia juga dapat membantu regulasi pers di negara tetangga seperti Myanmar, Kamboja, Fiipina dan juga Singapura.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 06 Agu 2019, 15:06 WIB
Konferensi internasional yang dihelat oleh Aliansi Jurnalis Independen di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (6/8/2019). (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Redaksi (Pemred) Malaysiakini.com Steven Gan mengatakan kelompok jurnalis di Negeri Jiran tengah berkonsolidasi untuk membuat standar kerja bagi profesi wartawan.

Menurut dia, kebebasan pers di Indonesia yang termaktub dalam beleid nomor 40 tahun 1999 tentang pers tengah dijadikan acuan untuk kemerdekaan pers di Malaysia yang lebih baik.

"Indonesia inspirasi bagi negara-negara lain di Asean, khususnya di Malaysia, dan Undang-Undang Pers di Indonesia kita mengadaptasi di Malaysia untuk mendorong lahirnya Dewan Pers Independen,” kata Gan dalam konferensi internasional yang dihelat oleh Aliansi Jurnalis Independen di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (6/8/2019).

Gan menilai, penerapan Beleid Pers di Indonesia juga dapat membantu regulasi pers di negara tetangga seperti Myanmar, Kamboja, Fiipina dan juga Singapura untuk tujuan kemerdekaan pers yang lebih baik.

Sebab, penyampaian informasi yang dahulu dilakukan oleh jurnalis melalui melalui media kini tengah mendapat tantangan sesuai perkembangan zaman.

"Selain  tantangan dalam model bisnis, profesi jurnalis juga mendapat ancaman seperti penyerangan terhadap individu itu sendiri,” beber Gan.

 

2 dari 2 halaman

Hoaks Musuh Bersama

Ilustrasi jurnalis. (Dreamstimes)

Gan bercerita, dahulu yang para jurnalis hadapi adalah dari kalangan pemerintah, mafia, atau perusahaan. Namun kini, serangan kepada jurnalis juga bersumber dari mereka para penyebar berita bohong atau hoaks.

"Fake news menjadi semakin marak dan sudah menjadi tugas jurnalis untuk membantu melawan itu,” tegas Gan.

Karenanya, lanjut Gan, pembaca saat ini juga dituntut untuk dapat mengambil informasi faktual dan akurat. Kendati demikian, para diktator menemukan cara untuk mengalahkan demokrasi dengan membunuh jurnalis itu sendiri.

"Untuk itu kita harus mendorong demokrasi dengan mendukung para jurnalis,” Gan menandasi.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya