Kekeringan Ekstrem di India, Krisis Air Melanda 4,6 Juta Manusia

Sebanyak 4,6 juta orang di India terdampak krisis air terparah yang disebabkan oleh kekeringan ekstrem.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jun 2019, 15:29 WIB
Warga membawa wadah-wadah saat mengantre untuk mengisi air dari truk tangki di Kota Chennai, India, Rabu (19/6/2019). Orang-orang terpaksa mengantre untuk mendapatkan jatah air dari truk-truk tangki yang dioperasikan pemerintah. (AP Photo/R. Parthibhan)

Liputan6.com, Chennai - Air jadi barang langka di Chennai, ibu kota negara bagian Tamil Nadu, India. Hujan tak kunjung turun, empat waduk di sana nyaris kering kerontang. Akibatnya, 4,6 juta penduduknya jadi korban krisis air ektrem.

Warga harus antre berjam-jam. Kendi berwarna-warni ditata menurut giliran, untuk medapatkan kucuran air dari tangki yang didatangkan pemerintah.

Krisis air juga berdampak pada kehidupan sosial warga. Pada Rabu 19 Juni 2019, setidaknya 550 orang ditangkap di tengah protes yang digelar di Coimbatore, yang berjarak sekitar 300 mil barat daya Chennai.

Kala itu, warga menggelar aksi demo, menuding pemerintah lokal setempat lalai. Situasi kian panas kala sejumlah partai polik menyerukan agar lebih banyak protes digelar.

Seperti dikutip dari Time, Jumat (21/6/2019), wilayah Tamil Nadu sangat bergantung dengan musim hujan. Namun, belakangan, datangnya kucuran air dari langit kerap terlambat. Suhu udara bulan ini bahkan mencapai 104 derajat Fahrenheit atau 40 derajat Celcius.

Curah hujan turun 99 persen pada 1 hingga 19 Juni 2019. Selama periode itu, curah hujan Chennai hanya berkisar 0,3 milimeter, dibandingkan besaran 40 mm yang biasanya diterima. Inilah kemudian memicu krisis air yang parah. 

Namun, sejumlah ramalan cuaca memprediksi, musim kering akan segera berakhir, tatkala angin barat daya perlahan-lahan menuju wilayah tersebut. Sejumlah wilayah di Chennai dilaporkan mengalami hujan pada Kamis 20 Juni 2019.

 

 

2 dari 2 halaman

Waduk yang Kering Kerontang

Warga mengatur wadah-wadah berisi air dari tempat pendistribusian di Kota Chennai, India, Rabu (19/6/2019). Jutaan orang terpaksa mengantre untuk mendapatkan jatah air dari truk-truk tangki yang dioperasikan pemerintah. (AP Photo/R. Parthibhan)

Sejumlah media lokal melaporkan, permukaan air di waduk atau reservoir mengalami titik terendah dalam 70 tahun terakhir.

Sejumlah hotel, restoran, dan sektor bisnis lain terpaksa menutup usahanya. Mereka yang tajir dan punya uang berlimpah harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan pasokan air. Sebaliknya, untuk mereka yang papa, tak ada pilihan lain selain pasrah.

Sementara itu, aksi kekerasan dilaporkan terjadi ketika orang-orang antre panjang demi mendapatkan jatah air dari pemerintah.

Jyoti Sharma, pendiri dan pimpinan FORCE, sebuah LSM konservasi air, mengatakan kepada CNN bahwa beberapa mobil tangki air telah dibajak dan para pengemudi jadi objek serangan.

Mobil tanker tidak dapat menjangkau semua lingkungan, termasuk sebagian besar daerah kumuh Chennai, yang menjadi rumah 820.000 orang.

Sebuah laporan yang dikeluarkan pemerintah pada 18 Juni 2019 mengungkapkan, India mengalami krisis air terburuk dalam sejarah.

Laporan lain memperkirakan permintaan air India akan dua kali lipat dari pasokan yang tersedia pada tahun 2030. Artinya krisis air, yang mungkin jauh lebih parah, berpotensi besar terjadi di masa depan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya