Keindahan di Balik Bayang-Bayang Mitos Sosok Aneh dari Telaga Biru

Suasana di Telaga Biru ini begitu asri dan jauh dari hiruk pikuk keramaian. Sehingga sangat terasa suara alam dan udara yang sejuk.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jun 2019, 05:00 WIB
Rumput Ungu hanya ditemukan di bulan Mei di sejumlah distrik di Kabupaten Jayawijaya. (KabarPapua.co/Stevanus Tarsi)

Liputan6.com, Papua - Lembah Baliem menjadi salah satu ikon destinasi wisata alam di Wamena, Kabupaten Jayawiyaja, Provinsi Papua. Wisata mumi serta Festival Budaya Lembah Baliem selalu menjadi tujuan para wisatawan jika mengunjungi lokasi ini.

Namun siapa sangka, di antara beberapa destinasi di Lembah Baliem, ada satu lagi wisata alam yang kecantikan panoramanya masih belum banyak diketahui orang, yaitu Telaga Biru atau Kali Biru.

Karena belum banyak diketahui para wisatawan, suasana di Telaga Biru ini begitu asri dan jauh dari hiruk pikuk keramaian. Sehingga sangat terasa suara alam dan udara yang sejuk.

Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengatakan, para turis yang datang Lembah Baliem hanya mengetahui wisata mumi dan Festival Budaya Lembah Baleim saja.

“Telaga biru ini masih sangat asri dan belum terlalu dilirik wisatawan. Padahal di Wamena, wisata alam ini sangat populer,” ujarnya, Jumat (7/6/2019).

Wisata alam Lembah Baliem ini berlokasi sekitar 12 kilometer dari Kota Wamena, tepatnya di Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya. Kondisinya yang sangat asri ini, juga mempunyai nilai sejarah tersendiri bagi Suku Dani.

Di Telaga Biru ini juga masih berkembang sebuah mitos yang dipercaya oleh Suku Dani. Bahwa ada seorang manusia yang merupakan nenek moyang Suku Dani, keluar dari dalam Telaga Biru tersebut.

Namun manusia tersebut tidak mempunyai telinga. Cerita ini bermula dari sekelompok Suku Dani yang senang beristirahat di tengah telaga.

“Saat menikmati waktu istirahatnya, mereka tiba-tiba merasakan kehadiran manusia lain yang di luar kelompoknya,” ungkapnya.

Sosok manusia tersebut mempunyai kulit yang bersih, terang, bahkan berhiaskan manik-manik di seluruh tubuhnya. Dia juga sangat paham tentang cara bercocok tanam, aturan hidup sosial dan memiliki pedoman hidup yang baik.

Karena merasa terancam, sekelompok Suku Dani tersebut akhirnya membunuh manusia itu. Lalu keanehan pun terjadi saat tubuh manusia tersebut mengeluarkan bahan makanan berupa keladi, umbi jalar, pohon pisang, sayuran dan ternak babi.

“Oleh karena itu hingga kini Telaga Biru di Lembah Baliem itu adalah kawasan sakral bagi Suku Dani, sebagai bentuk penghormatan kepada manusia tersebut,” ujarnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya