Pentolan Teroris JAD Bekasi Belajar Rakit Bom dari Internet

Terduga teroris EY juga mampu memodifikasi bom Wi-Fi.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Mei 2019, 14:41 WIB
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menunjukkan data diri terduga teroris yang sudah dilumpuhkan saat rilis di Jakarta, Senin (6/5/2019). Sebelumnya, Densus 88/Anti Teror meringkus tujuh orang kelompok JAD jaringan Lampung dan menyita sejumlah barang bukti (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Terduga teroris berinial EY yang ditangkap di Jakarta Timur beberapa waktu lalu diketahui memiliki keahlian merakit bom dengan canggih. Pentolan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi itu mengaku belajar merakit bom dari internet.

"Dia belajar dari media sosial. Dia juga coba melihat bagaimana bom yang dipraktikkan dalam perang di Suriah, kemudian Irak, dan Sri Lanka. Bom-bom ini sudah berhasil dipraktikkan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

EY yang juga memiliki kemampuan mereparasi telepon seluler (ponsel) ini juga belajar memodifikasi bom Wi-Fi melalui media sosial Twitter dan YouTube. Dedi mengklaim, pihaknya telah melumpuhkan konten-konten terorisme dari beberapa platform media sosial tersebut.

"(Kami) kurang lebih sudah men-take down hampir 1.600 konten-konten, video-video yang berkaitan dengan terorisme," tuturnya.

 

* Ikuti perkembangan Real Count Pilpres 2019 yang dihitung KPU di tautan ini

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Modifikasi Bom Wi-Fi

Ilustrasi ledakan bom (iStockPhoto)

Terduga teroris berinsial EY diketahui dapat memodifikasi bom agar dapat diaktifkan menggunakan jaringan Wi-Fi. Bom pipa yang ditemukan di toko ponsel Wanky Cell, Bekasi itu rencananya akan digunakan untuk amaliyah atau aksi teror dengan memanfaatkan hiruk pikuk unjuk rasa Pemilu 2019.

"Menurut keterangan yang bersangkutan apabila nanti terjadi demo dalam jumlah massa yang sangat besar di KPU, itu diprediksi oleh dia akan ada jammer (penghalang sinyal) terhadap handphone," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (10/5/2019).

"Oleh karenanya, handphone tidak bisa digunakan sebagai switching bomb. Ini booster sudah menggunakan Wi-Fi. Ya kalau Wi-Fi tentu sampai saat ini belum ada jammer," sambungnya.

Dedi menjelaskan, penggunaan booster pada bom tersebut membuat peledak itu bisa dipicu dari radius 200 meter. Ia pun menyampaikan bahwa bom itu dilengkapi dengan router sebagai penguat sinyal.

Dengan menggunakan router, bom rakitan EY itu bisa memiliki radius hingga 500 meter. "Tambah lagi penguatnya dia bisa sampai satu kilo (meter)," tuturnya.

Menurut pengakuan terduga pelaku, kata Dedi, bom tersebut akan diledakkan di tengah-tengah demostran pada 22 Mei nanti atau saat pengumuman pemenang Pemilu 2019.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya