79 Juta Balita di Asia Pasifik Alami Stunting

Tak hanya di Indonesia, kasus stunting banyak ditemukan di beberapa negara di Asia Pasifik.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Apr 2019, 17:31 WIB
Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ada sekitar 79 juta balita (di bawah usia 5 tahun di Asia dan Pasifik) menderita stunting serta 34 juta anak lain kekurangan berat badan. Dari 34 juta, 12 juta anak di antaranya menderita kekurangan gizi akut dengan peningkatan risiko kematian secara drastis.

Hal tersebut berdasarkan laporan "Tinjauan Regional Asia dan Pasifik tentang Ketahanan Pangan dan Gizi ” yang diterbitkan pada Oktober 2018 oleh FAO, UNICEF, WFP dan WHO.

Stunting adalah kekerdilan yang mana pertumbuhan anak tidak sesuai usianya. Anak terlalu pendek untuk usia mereka. Dampak buruk dari stunting berupa kerusakan kognitif, yang disebabkan kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan perawatan anak yang tidak memadai.

Laporan juga menunjukkan, ada peningkatan obesitas anak-anak dan orang dewasa di kawasan tersebut kini memiliki prevalensi obesitas anak yang tercepat di dunia. Artinya, peningkatan obesitas semakin tinggi dan cepat di kawasan Asia Pasifik.

"Diperkirakan 14,5 juta balita kelebihan berat badan. Hampir semua anak di kawasan Asia Pasifik juga semakin terpapar makanan olahan yang tidak sehat dan tinggi garam, gula, serta lemak. Sayangnya, makanan tersebut miskin gizi penting," kata Koordinator Residen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Anita Nirody sesuai keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Rabu, (3/4/2019).

 

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Belum bebas dari kelaparan

Dokter menimbang seorang bocah yang menderita gizi buruk di rumah sakit di Distrik Abs, Provinsi Haji, Yaman, Rabu (19/9). Konflik berkepanjangan mendorong negara miskin tersebut terjun ke jurang kelaparan. (ESSA AHMED/AFP)

Wilayah Asia Pasifik juga menyumbang lebih dari setengah dari jumlah kekurangan gizi dunia pada 2017 sebesar setengah miliar manusia (486 juta). Di Asia Selatan, 61 juta anak menderita stunting, yang berujung pertumbuhan anak terhambat.

Di sisi lain, jumlah orang yang kelaparan di dunia, menurut laporan, telah mencapai 821 juta, atau satu dari setiap sembilan orang. Akibatnya, prevalensi kelaparan di seluruh dunia telah kembali ke tingkat yang sama dari satu dekade lalu.

"Kemakmuran masa depan kita akan tergantung pada tindakan yang kita ambil sekarang. Dunia tidak bisa memenuhi target nol kelaparan (zero hunger) tahun 2030 jika Asia dan Pasifik tidak bisa meraihnya (bebas dari kelaparan)," tambah Anita.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya