Eks Ketua PP Muhammadiyah Ajak Warga Ikut Ikrar Kebangsaan di Monas

Syafii mengatakan, lahirnya ABI dan ikrar kebangsaan dipicu persaingan pemilu yang semakin tidak sehat.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 28 Feb 2019, 13:27 WIB
Benak Buya Syafii penuh tanda tanya seusai bertemu pelaku penyerangan gereja di Sleman

Liputan6.com, Jakarta - Aliansi Anak Bangsa Untuk Indonesia (ABI)  mengajak masyarakat meramaikan Monas dalam acara Gerakan Ikrar Kebangsaan yang akan diadakan di Monas pada 24 Maret 2019 mendatang.

Penasihat ABI Syafii Maariif mengatakan, sudah terlalu banyak ujaran kebencian yang dilakukan oknum politikus. Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat untuk mendeklarasikan ikrar kebangsaan.

"Anda datang tanggal 24 untuk menyampaikan ikrar kebangsaan. Kalau kita yang waras diam, nanti yag memimpin orang tidak waras,” ujar Buya di Konpers ABI di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).

Mantan Ketum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan, lahirnya ABI dan ikrar kebangsaan dipicu persaingan pemilu yang semakin tidak sehat. ABI terdiri tokoh agama dan masyarakat lintas agama, suku maupun golongan.

"Walaupun bangsa dalam ujian besar, tapi bisa diatasi asal kekuatan waras mengalahkan yang tidak waras. ABI ingin mengukuhkan kembali kebangsaan itu karena kalau tidak masa depan kita kelabu. Masa Indonesia akan tersingkir oleh anak bangsa yang tuna adab,” kata Syafii Maarif.

 

2 dari 2 halaman

Tak Ada Orasi Politik

Sementara itu inisiator ABI Ngatawi Al Zastrouw mengudang semua pihak agar ikut dalam ikrar dan doa bersama di Monas. Dia menyebut acara itu tidak akan dipenuhi orasi tokoh politik dan tidak ada deklarasi dukungan capres.

"Kami mengundang semua anak bangsa, apapun suku, agama, partai. Kita akan melakukan dukungan pda bangsa dan NKRI siapapun partai anda," kata dia.

ABI menargetkan 500-700 ribu masyarakat akan hadir di Monas pada acara tersebut. Undangan ikrar itu tidak hanya untuk warga di Jakarta melainkan lintas daerah.

"Target 500-700 ribu sudah bagus, monas sampai Budi Kemuliaan itu tidak sampai ada satu juta orang," Ngatawi menandaskan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya