Seperti Jakarta, 7 Kota Ini Dihantui Risiko Banjir Berpotensi Menenggelamkan

Tidak hanya Jakarta yang diramalkan tenggelam karena banjir, tujuh kota berikut juga mengalami momok serupa.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Feb 2019, 21:01 WIB
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta - Hujan yang mengguyur Jakarta selama beberapa jam pada Sabtu 16 Februari 2019 malam mengakibatkan beberapa titik ibu kota tergenang banjir.

Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, Minggu pagi (17/2/2019), banjir diketahui terjadi di empat kecamatan di wilayah Jakarta Selatan.

Seperti dilansir dari kantor berita Antara, hujan lokal menyebabkan 44 RT di delapan RW di enam kelurahan di empat kecamatan di Jakarta Selatan terdampak banjir.

Meski tidak sebesar yang pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya, namun banjir tetap menjadi momok bagi masyarakat ibu kota. Apalagi banyak lembaga pemerhati lingkungan menyebut Jakarta sebagai kawasan metropolitan yang paling cepat tenggelam di dunia.

Sebagian besar penyebab utamanya adalah penggalian air tanah yang ilegal, mengingat opsi air minum permukaan setempat terlalu tercemar untuk dikonsumsi secara aman.

Karena lebih dari 97 persen wilayah Jakarta tertutup beton, air tanah tidak diisi oleh hujan dan sungai. Kota ini juga tenggelam karena berat bangunannya. Selain itu, hambatan banjir alami seperti hutan bakau di pesisir banyak digusur untuk memperluas kawasan pemukiam dan komersial.

Dilema Batas Suhu 1,5 Derajat Celsius

Tidak hanya Jakarta, laporan ilmiah oleh Christian Aid juga menyebut tujuh kota pesisir lainnya yang terancam tenggelam, utamanya terkait dengan dampak perubahan iklim.

Laporan Christian Aid adalah salah satu dari beberapa organisasi di seluruh dunia yang diterbitkan untuk mengantisipasi laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), tentang bagaimana dan apakah dunia dapat mencapai tujuan batas 1,5 derajat Celsius.

"Kota-kota metropolitan global ini mungkin terlihat kuat dan stabil, tetapi ini adalah fatamorgana. Ketika permukaan laut naik, mereka semakin terancam berada di bawah permukaan laut," kata penulis laporan Kat Kramer kepada situs berita The Guardian.

Berikut adalah tujuh kota di dunia yang mengalami masalah banjir serupa dengan Jakarta, sebagaimana dikutip dari Ecowatch.com pada Minggu (17/2/2019):

 

Simak video pilihan berikut: 

2 dari 8 halaman

1. Bangkok, Thailand

Bagian samping kuil Golden Budha di kota Bangkok, Thailand, Sabtu (17/12). Salah satu biksu yang ada di kuil tersebut memprediksi hasil laga final kedua Piala AFF 2016 antara Thailand melawan Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Bangkok menghadapi masalah serupa dengan Jakarta, di mana banyaknya gedung pencakar langit menyebabkan tekanan berlebih pada tanah, sehingga memicu kekurangan pasokan air bersih di dalamnya.

Sebuah studi yang dirilis oleh pemerintah setempat pada 2015, meramalkan bahwa Kota Bangkok mungkin berada di bawah permukaan laut, dalam 15 tahun setelahnya.

Bangkok telah mengambil beberapa tindakan untuk melestarikan air tanah, seperti Undang-undang Air Tanah 1977 yang membatasi jumlah penyedotan.

Ada pula upaya memompa kembali air ke dalam tanah, namun hal tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan ibu kota Thailand dari penurunan lahan yang kian cepat dari tahun ke tahun.

3 dari 8 halaman

2. Lagos, Nigeria

Kota Lagos, Nigeria (AFP)

Kota Lagos dibangun di area pesisir, dengan menggabungkan serangkaian pulau. Drainase yang buruk memperparah banjir yang menghancurkan pada 2011, dan beberapa perkiraan mengatakan bahwa kenaikan permukaan laut hanya 20 sentimeterbisa membuat 740.000 orang di seluruh Nigeria kehilangan tempat tinggal.

Lagos juga menghadapi masalah penyedotan air tanah yang berlebihan. Selain itu, pihak berwenang merencanakan pembangunan pulau baru bernama Eco Atlantic, yang dirancang sebagai ibukota dan pusat keuangan baru, dan akan dilindungi oleh tanggul laut.

Muncul kekhawatiran pembangunan kawasan baru tersebut memperburuk dampak banjir untuk sisa pesisir Lagos yang tidak bertanggul.

4 dari 8 halaman

3. Manila, Filipina

Warga berjalan di antara banjir yang terjadi di Metropolitan Manila, Filipina, Jumat (20/7). Banjir diakibatkan hujan musim angin barat daya yang dibawa oleh badai tropis. (AP Phoyo/Aaron Favila)

Penyedotan air di Manila juga diketahui sangat berlebihan, yang membuat permukaan tanahnya turun hingga 10 sentimeter per tahun, 10 kali lipat dari kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.

Masalah lainnya adalah tentang sawah yang sangat luas di sekitar manila, di mana mengonsumsi lebih banyak air daripada tanaman lain, sehingga meningkatkan risiko banjir.

Lebih dari itu, Manila juga merupakan salah satu kota besar dunia yang paling rawan tergenang banjir akibat hantaman topan, yang rata-rata terjadi sekali dalam setahun. 

5 dari 8 halaman

4. Dhaka, Bangladesh

Suasana stasiun kereta saat mudik libur Idul Adha 1438 H di Dhaka, Bangladesh (1/9). Umat Muslim dari seluruh dunia sedang merayakan Idul Adha 1438 H. (A.M. Ahad)

Dhaka tenggelam pada kecepatan 1,4 sentimeter per tahun, dengan kenaikan permukaan laut di Teluk Benggala yang 10 kali lebih tinggi dari rata-rata global.

Sekitar 1,5 juta orang telah bermigrasi dari desa-desa pesisir ke daerah kumuh di seantero Kota Dhaka, yang turut memicu besarnya penyedotan air tanah.

Ditambah lagi tentang fakta bahwa lempeng India dan lempeng Burman bergerak berlawanan di dekatnya, membuat tantangan berlipat ganda bagi Dhaka dalam menanggulangi banjir.

6 dari 8 halaman

5. Shanghai, China

Sesuai dengan julukannya kota seribu cahaya, Shanghai di malam hari sangat memukau.(Liputan6.com)

Di balik modernitas yang menyelimutinya, Shanghai termasuk salah satu kota besar dunia yang terancam tenggelam sebelum akhir Abad ke-21.

Selain akibat penyedotan air tanah dan beban bangunan yang tinggi, Shanghai juga berisiko kehilangan sedimen pelindung alaminya, karena sungai-sungai dibendung, dan penambangan batu dan pasir yang cukup tinggi untuk bahan bangunan.

Kabar baiknya, beberapa wilayah di Shanghai mengalami kenaikan permukaan tanah yang cukup signifikan setelah diberlakukannya beberapa program penanggulangan, seperti memperketat izin pembangunan sumur sejak 1995 dan kebijakan penyedotan air kembali ke tanah.

Meski begitu, kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim tetap menjadi ancaman, terutama untuk area yang berada di ujung pesisir.

7 dari 8 halaman

6. London, Inggris

Air membanjiri jalanan dan rumah warga (@islingtongztte)

Selama zaman es terakhir, gletser menekan Skotlandia, menyebabkan selatan daratan Inggris naik.

Sekarang setelah gletser mencair, Skotlandia naik pada kecepatan 1 milimeter per tahun, dan selatan Inggris, termasuk London, tenggelam.

The Thames Barrier, dibuka pada 1984 untuk melindungi London dari banjir rutin yang diprediksi terjadi setiap satu abad sekali. Fasilitas ini dirancang untuk digunakan setiap dua hingg tiga kali setahun.

Namun, faktanya sejak 2014, The Thames Barrier telah digunakan sebanyak rata-rata enam hingga tujuh kali setahun. Tanpa perlu dijelaskan, Anda tentu paham risiko yang mengancam ibu kota Kerajaan Inggris itu.

8 dari 8 halaman

7. Houston, Amerika Serikat

Sejumlah pesawat terbang di bandara dekat Reservoir Addicks terendam banjir yang dipicu Badai Harvey di wilayah Houston, Texas, Selasa (29/8). Badai Harvey mengakibatkan jalanan Kota Houston berubah seperti sungai. (AP Photo/David J. Phillip)

Kota terbesar di negara bagian Texas itu dilintasi oleh Sungai Buffalo Bayou yang mengalir lambat, sehingga secara alami rawan banjir.

Namun, kondisinya semakin diperparah oleh penyedotan air tanah yang berlebih, dan ironisnya ikut disebabkan oleh pengeboran minyak dan gas secara besar-besaran di sana.

Area megapolitan Houston disebut mengalami penurunan muka tanah hingga rata-rata dua inci setiap tahunnya dalam satu dekade terakhir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya