FB, WA, dan Twitter Diblokir di Zimbabwe

Di antara sejumlah platform pesan dan media sosial yang diblokir ada WhatsApp (WA), Facebook (FB), dan Twitter.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 23 Jan 2019, 11:47 WIB
Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Zimbabwe memblokir platform pesan dan situs media sosial selama seminggu penuh.

Di antara sejumlah platform pesan dan media sosial yang diblokir ada WhatsApp (WA), Facebook (FB), dan Twitter.

Pemblokiran media sosial dan aplikasi pesan ini dipicu karena gerakan protes masyarakat yang dianggap kian masif, hingga menjadi kekacauan.

Dilaporkan Business Insider, Rabu (23/1/2019), pemerintah Zimbabwe memerintahkan kepada penyedia internet terbesar di negara tersebut, yakni Econet Wireless, untuk menghentikan seluruh akses pada media sosial.

Saat ini, akses internet untuk aplikasi media sosial FB dan Twitter serta aplikasi pesan WA telah diberlakukan. Pemerintah menyebut, pemblokiran FB, WA, dan Twitter dilakukan untuk alasan keamanan.

Menurut Presiden Emmerson Mnangagwa, pemicu protes adalah naiknya harga bensin dan solar hingga dua kali lipat pada 14 Januari. 600 orang ditahan karena terlibat protes ini.

Zimbabwe menutup akses terhadap media sosial sejak hari kedua terjadinya kekerasan, yakni 15 Januari. Sejak itu, ketiga aplikasi AS itu tak bisa dipakai.

2 dari 3 halaman

Tutup Akses Internet

Ilustrasi Whatsapp (Foto: Unsplash.com/Christian Wiediger)

Selama waktu tersebut, pemerintah juga menutup seluruh akses internet pada 15-17 Januari. Kemudian, pada 18 Januari, pemerintah kembali membuka akses internet, namun akses terhadap WA, FB, dan Twitter tetap dibekukan.

Sejumlah orang menyebut, mereka masih bisa mengakses ketiganya melalui aplikasi VPN.

Sementara itu, menurut kritikus dan aktivis, pemblokiran ini merupakan upaya untuk menekan tersebarnya berita dan foto-foto kerusuhan.

3 dari 3 halaman

Upaya Menutupi Kekerasan

Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Mantan Menteri Pendidikan Tinggi dan Menengah Zimbabwe Johnathan Moyo mengatakan, pemblokiran ini adalah upaya pemerintah untuk "menutupi kekerasan yang dilakukan."

"Penghentian akses internet digunakan untuk menutupi operasi penindasan secara besar-besaran," kata seorang pengacara bernama Doug Coltart.

Media Zimbabwe Times melaporkan, "Pemerintah berupaya mencegah beredarnya foto-foto kekerasan terhadap pengunjuk rasa ke seluruh dunia."

Pada sisi lain, Menteri Informasi Zimbabwe menyebut, "Penghentian akses internet harus dilakukan karena internet dipakai untuk mengkoordinasikan aksi kekerasan."

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya