Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Telur Ayam Penyebab Inflasi Desember

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 1,28 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Jan 2019, 14:28 WIB
Pemandangan kendaraan terjebak macet saat melintas di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (23/9). Kurang tegasnya petugas menertibkan angkot yang mengetem sembarangan memperparah kemacetan di kawasan tersebut. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, inflasi pada Desember 2018 sebesar 0,62 persen. Inflasi ini sebagian besar dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara dan harga telur ayam.

"Secara umum dipengaruhi oleh tarif kenaikan udara, harga telur ayam ras, dan daging ayam ras. Itu tiga komponen utama," ujarnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Suhariyanto merinci, pada Desember bahan makanan memberi sumbangsih inflasi sebesar 1,45 persen. Dari 11 subkelompok pada kelompok ini, 10 subkelompok mengalami inflasi dan 1 subkelompok mengalami deflasi.

Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 3,97 persen dan terendah subkelompok kacang-kacangan sebesar 0,16 persen. Sementara subkelompok yang mengalami deflasi, yaitu subkelompok Iemak dan minyak sebesar 0,20 persen.

"Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi, yaitu air kemasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto.

Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 1,28 persen. Dari 4 subkelompok pada kelompok ini, 2 subkelompok mengalami inflasi dan 2 subkelompok tidak mengalami perubahan.

"Kelompok ini pada Desember 2018 memberikan andiI sumbangan inflasi sebesar 0,24 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,19 persen, tarif kereta api sebesar 0,03 persen dan tarif angkutan antar kota sebesar 0,01 persen," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Inflasi Sepanjang 2018 Tercatat 3,13 Persen

Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Desember 2018 sebesar 0,62 persen. Dengan demikian, inflasi tahunan (year on year) selama 2018 mencapai 3,13 persen.

"Pada Desember inflasi tercatat 0,62 persen. Dengan inflasi ini berarti inflasi tahun kalender sebesar 3,13 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Suhariyanto mengatakan, inflasi tahunan sebesar 3,13 persen berada di bawah target pemerintah sebesar 3,5 persen plus minus 1. Dia pun berharap hal yang sama dapat terjadi di 2019. 

"Dengan target 3,5 persen berarti inflasi 2018 berada di bawah target. Kita harap 2019 harga pangan dan bahan makanan sudah stabil sehingga inflasinya berada pada target," jelasnya.

Suhariyanto melanjutkan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan pada Desember 2018, sebanyak 80 kota mengalami inflasi. Sedangkan 2 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 2,09 persen, sedangkan terendah yaitu Banda Aceh sebesar 0,02 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi dialami Sorong sebesar -0,15 persen dan deflasi terendah di Kendari sebesar -0,09 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya