Kilang Plaju Berhasil Produksi BBM dan LPG Ramah Lingkungan

Ke depan, Pertamina akan melakukan langkah yang sama untuk kilang lainnya yakni di Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Des 2018, 11:30 WIB
Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus berinovasi dalam mendorong pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, sekaligus mendorong pengurangan impor minyak mentah. Salah satunya inovasi yang diterapkan di Kilang Refinery Unit III Plaju.

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif mengatakan, sejak awal Desember lalu, kilang yang berada di Provinsi Sumatera Selatan tersebut telah mampu mengolah minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline atau bahan bakar bensin ramah lingkungan dan Green LPG dengan teknologi co-processing.

"Yakni menggabungkan sumber bahan bakar alami, dengan sumber bahan bakar fosil untuk diproses di dalam kilang sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan," kata Budi, di Jakarta, Sabtu (22/12/2018).

Implementasi pengolahan CPO secara co-processing di kilang Pertamina telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara. Inovasi anak bangsa ini, telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.

“Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi, karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah sehingga mengurangi devisit anggaran negara, serta hasil bahan bakar ramah lingkungan,” papar Budi.

proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 Million Barel Steam Per Day (MBSD).

Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil yang telah diolah dan dibersihkan getahnya, serta baunya atau dikenal dengan nama Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Senyawa tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang Pertamina dan diolah dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin ramah lingkungan.

“Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan,” jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bakal Diikuti Kilang Lain

Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

Hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 ribu barel per bulan atau setara 64.500 Kilo Liter (kl) per bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11.000 ton per bulan.

Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya yakni di Kilang Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green gasoil (bahan bakar solar) maupun green avtur.

“Upaya ini sangat mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan devisa, dimana Pertamina bisa menghemat import crude sebesar 7,36 ribu barel per hari atau dalam setahun mampu menghemat hingga USD 160 Juta,” tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya