Cegah Keracunan, Penyelam Pencari Lion Air Jatuh Jalani Terapi Hiperbarik

Kedalaman laut yang dijelajahi penyelam pencari pesawat Lion Air PK-LQP berisiko kepada kesehatan.

oleh Ika Defianti diperbarui 04 Nov 2018, 12:21 WIB
Tim penyelam TNI AL mengevakuasi black box atau kotak hitam Lion Air PK-LQP JT 610 dari dasar laut perairan Karawang, Jawa Barat (1/11). Tim SAR masih mencari black box jenis lainnya, yaitu Cockpit Voice Recorder (CDR). (AFP Photo/Adek Berry)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polri Kramat Jati, Jakarta, menerapkan terapi oksigen hiperbarik untuk tim penyelam evakuasi pesawat Lion Air PK-LQP. Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Musyafak menyatakan terapi tersebut bertujuan menetralisir nitrogen-nitrogen yang ada di dalam tubuh.

Dengan begitu, kadarnya bisa kembali normal. Apalagi tim penyelam sudah melaksanakan tugasnya kurang lebih enam sejak kejadian.

"Karena nitrogen kalau lebih dari nilai ambang bisa mengganggu kesehatan, menekan syaraf dan sebagainya," kata Musyafak, Minggu (4/11/2018).

Dia menjelaskan, pelaksanaan terapi dilakukan kepada 15 orang secara bergantian setiap harinya. Sementara itu, menurut Kasubdit Patroli Ditpolair Barhakam Kombes Makhruzi, penyelam akan dibagi dalam tiga kelompok.

"Jadi lima-lima, 5 penyelam pertama mungkin waktunya kurang lebih 2,5 jam. 5 orang lagi sampai selesai 15 orang, mungkin besok kita lanjutkan dengan penyelam berikutnya," ucapnya.

 

2 dari 2 halaman

Risiko Keracunan

Makhruzi menjelaskan, selama evakuasi setiap penyelam menyelam hingga kedalaman 31-32 meter. Semakin dalam laut yang dijelajahi, bisa meningkatkan risiko penyelam keracunan.

"Paling lama waktu (menyelam) kita hanya bisa 15 menit, kemudian kita harus segera naik 5 meter untuk safety stop," jelasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya