Bos BEI Yakin Transaksi Harian BEI Sentuh Rp 9 Triliun di 2019

Target nilai transaksi BEI didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas 5 persen.

oleh Bawono Yadika diperbarui 25 Okt 2018, 13:15 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian saham (RNTH) di tahun 2019 mencapai Rp 9 triliun dengan total jumlah hari bursa sebanyak 244 hari bursa. Target nilai transaksi itu didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas 5 persen.

Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengaku optimistis BEI dapat mencapai target rata-rata nilai transaksi harian saham di 2019. Adapun rata-rata nilai transaksi harian saham  2019, kata dia, masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) BEI.

"Target nilai transaksi ini didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas 5 persen, kemudian adanya proyeksi peningkatan jumlah partisipasi dan aktivitas transaksi investor di tahun depan," tuturnya pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Kamis (25/10/2018).

Sementara itu, untuk asumsi makro ekonomi, Inarno mengungkapkan, BEI masih sejalan dengan nota keuangan RAPBN 2019, dan belum mengalami perubahan sampai dengan penyampaian Buku RKAT BEI tahun 2019 kepada para pemegang saham.

"Asumsi indikator Makro ekonomi 2019 yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi diprediksi akan tumbuh sebesar 5,2-5,4 persen dengan laju inflasi 3,5 persen ± 1 persen," kata dia. 

Adapun nilai BI 7 day (reverse) repo rate berada pada kisaran 5 - 5,5 persen, sementara rata-rata suku bunga deposito 5,5 - 6,5 persen dan rata-rata rupiah sebesar Rp 14.400 per dolar AS.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari fluktuasi rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini berada pada kisaran 14.400 sampai dengan 15.500 per dolar AS, diproyeksikan masih dalam batas toleransi kinerja keuangan BEI.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bos BEI Yakin IHSG Bakal Kembali ke Level 6.000

Petugas menata tumpukan uang kertas di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Jakarta, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Inarno menyatakan, apabila dinamika ketidakpastian perekonomian global dapat diredam, maka indeks harga saham gabungan (IHSG) juga akan bergerak positif.

Inaryo meyakini, apabila hal tersebut mampu dilakukan, maka IHSG dapat tembus di lever 6.000. "Kalau melihat indikasinya memang sepanjang luar itu tidak bergejolak luar biasa, kita tekanannya sudah tidak terlalu besar lagi. Insya Allah di akhir tahun (IHSG) tembus di 6.000 lebih," ujar dia pada Minggu 23 September 2018. 

Meski demikian, Inarno tidak bisa prediksi pertumbuhan laju IHSG hingga akhir tahun nanti. Yang jelas, kata dia, IHSG ke depan akan tetap stabil dan mampu menembus melewati level 6.000.

"Saya enggak berani bilang berapa-berapanya, tapi mungkin sudah lebih stabil dari sebelumnya," imbuh Inaryo.

Inaryo mengakui, berbagai hantaman dari eksternal memang berdampak dan mempengaruhi terhadap penurunan IHSG. Apalagi dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Untuk eksternal kami susah prediksi karena perang dagang AS - China juga masih belum mereda. Tapi kalau tidak ada, kami optimistis," terangnya.

Sebagai informasi, meskipun sempat berada di bawah tekanan, laju IHSG bergerak positif sepanjang pekan ini dengan ditutup naik 0,45 persen ke level 5,957.74 poin dari 5,931.28 poin pada pekan sebelumnya. Sejalan dengan kenaikan IHSG, nilai kapitalisasi pasar pada pekan ini juga meningkat 0,55 persen ke posisi Rp 6,704.19 triliun dari Rp 6,667.57 triliun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya