Harga Pertamax Naik, Perlukah Pakai Octane Booster untuk Tingkatkan Performa?

Setidaknya ada tiga kategori aditif yang tersedia di pasaran, organometalic (TEL, MMT, dan lain-lain), komponen blending (HOMC), dan oksigenat (MTBE, TAME, dan lain-lain).

oleh Arief Aszhari diperbarui 14 Okt 2018, 12:12 WIB
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs akibat terus meningkatnya harga minyak dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya Pertamax Series dan Dex Series. Dengan harga baru tersebut, banderol Pertamax menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex juga naik menjadi Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non PSO Rp.9.800 per liter.

Semakin mahalnya harga bahan bakar beroktan tinggi, tidak jarang pemilik kendaraan baik sepeda motor maupun mobil beralih menggunakan bahan bakar beroktan rendah. Bensin itu diakali, ditambah dengan zat aditif yang berfungsi meningkatkan oktan agar makin bertenaga.

Lantas, apa untung ruginya menggunakan octane booster di kendaraan kesayangan?

Dilansir berbagai sumber, setidaknya ada tiga kategori aditif yang tersedia di pasaran, organometalic (TEL, MMT, dan lain-lain), komponen blending (HOMC), dan oksigenat (MTBE, TAME, dan lain-lainl).

Secara umum, fungsi aditif adalah meningkatkan kualitas bahan bakar. Artinya, banyak pemilik kendaraan memanfaatkan cairan untuk meningkatkan bilangan oktan pada bahan bakar yang digunakan.

Sementara, aditif yang berfungsi sebagai peningkat bilangan oktana merupakan senyawa oksigenat, senyawa eter seperti methyl tertier buthyl ether (MTBE), tertiary-amyl methyl ether (TAME), senyawa alkohol seperti etanol, dan tertiary butyl alcohol (TBA).

Nah, cairan inilah yang umumnya digunakan para pemilik kendaraan untuk melakukan penghematan bahan bakar.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

selanjutnya

Penggunaan aditif sendiri belum mendapat restu resmi baik dari pemerintah maupun produsen kendaraan. Untuk aditif yang menggunakan senyawa berbasis logam, atau metilsoklopendtadienil manganese tricarboni (MMT) bisa mengganggu sistem pengapian, sensor oksigen, konverter dan deposit pada dinding silinder.

Pemakaian aditif MMT di Amerika Serikat (AS) dan Kanada dibatasai sebanyak 8,2 mg/liter bensin. Sementara disiklopentadienel iron (Ferrocene), penggunaannya sangat dibatasi di AS karena merupakan logam berat yang bisa mengikis ring piston, silinder, dan gangguan pada pengapian.

Demikian pula TEL dan MTBE. Meskipun baik dalam meningkatkan bilangan oktan. Penggunaan aditif berjenis itu nyatanya memiliki dampak negatif bagi lingkungah hidup. Oleh karena itu, aditif bensin yang tepat adalah yang tidak merubah sifat karakteristik dan spesifikasi bahan bakar.

Jika aditif merupakan peningkat bilangan oktan atau octane booster tidak boleh merubah berat jenis atau titik didih bahan bakar. Apabila merubah sifat bahan bakar, maka aditif tersebut tidak baik untuk kesehatan kendaraan, khususnya mesin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya